MEMO – Kemiskinan bukan hanya berdampak pada kondisi ekonomi keluarga, tetapi juga menjadi faktor utama yang memperburuk angka kekerasan terhadap perempuan dan anak. Hal ini diungkapkan oleh Desmalia Suhaely, Kepala Bidang Data Gender dan Anak serta Partisipasi Masyarakat di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi Lampung. Ia menegaskan bahwa ada hubungan erat antara kondisi ekonomi yang sulit dengan meningkatnya tingkat kekerasan di masyarakat.
Dalam acara Ngopi Lampung Pro 1 yang digelar oleh RRI Bandar Lampung, Jumat (21/2/2025), Desmalia Suhaely menjelaskan bahwa tekanan ekonomi menjadi pemicu utama terjadinya kekerasan dalam berbagai bentuk.
“Ketika kondisi ekonomi keluarga semakin terhimpit, tingkat stres dan frustrasi ikut meningkat. Hal ini dapat memicu konflik dalam rumah tangga yang berujung pada kekerasan, baik secara fisik, verbal, maupun psikologis,” ungkapnya.
Tak hanya itu, kemiskinan juga sering kali membuat individu kehilangan akses terhadap berbagai sumber daya penting seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja yang layak. Tanpa akses ini, banyak orang menjadi sulit untuk mengembangkan keterampilan, merasa tidak percaya diri, dan semakin rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan.
Selain faktor ekonomi, lingkungan tempat tinggal juga memiliki peran besar dalam tingginya angka kekerasan. Wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi cenderung memiliki tingkat kriminalitas yang lebih besar serta fasilitas publik yang minim. Kondisi ini semakin memperburuk keamanan masyarakat, terutama bagi perempuan dan anak-anak yang sering menjadi korban kekerasan.