“Kita harus dapat membaca keperluan training jauh di depan, karenanya demikian, pelatihan-pelatihan yang kita adakan berkaitan dengan keperluan mereka,” pintanya.
Menurut dia, training proaktif menjawab keperluan warga makin diperlukan. Karena sekalian bisa juga menjawab jarak kapabilitas di antara yang mengajarkan sama yang diajar.
Harus betul-betul dipersiapkan kurikulum dan silabus training yang proaktif dan masak, karena yang mengajarkan makin tua, yang diajar makin muda. Lantas yang terjadi ialah jarak kapabilitas yang makin lebar. Jarak kapabilitas berikut yang hrus ditangani, dan kurikulum dan silabus yang bagus akan menolong tutup jarak itu,” sambungnya.
Maka dari itu, Imam mengingati keutamaan Pusdiklat jadi center academic recharging. “Pusdiklat harus jadi pusat meningkatkan SDM Kementerian Agama. Tetapi pendidiknya harus juga terus-terusan belajar. Seperti power bank, di antara di-charge dan untuk ngecas harus seimbang. Jika untuk ngecas terus tanpa pernah di-charge, didalamnya kosong, peserta training tidak bisa apapun,” tandas Imam.