Tren investasi apartemen di Jakarta sedang menghadapi tantangan serius. Menurut konsultan properti terkemuka, Ferry Salanto dari Colliers International Indonesia, jumlah orang yang berinvestasi dalam apartemen mengalami penurunan akibat kerugian dan rendahnya minat sewa.
Hal ini membuka pandangan mengenai perkembangan pasar apartemen dan alasan di balik menurunnya minat investor.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas alasan di balik penurunan ini, dari rendahnya minat sewa hingga dampak harga yang tidak naik. Mari kita lihat bagaimana tren investasi di pasar apartemen Jakarta saat ini.
Mengapa Jumlah Investor Apartemen Semakin Berkurang?
Menurut konsultan properti, investasi dalam apartemen saat ini mengalami penurunan jumlahnya karena menghadapi situasi yang merugikan. Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, menyatakan bahwa kerugian ini terjadi karena minat untuk menyewa apartemen yang menurun.
“Dalam pandangan para pemilik apartemen, mereka merasa telah mengalami kerugian karena kesulitan mencari penyewa dan unit apartemen yang mereka miliki menjadi kosong. Fenomena ini memang sedang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya,” ujar Ferry dalam sesi media briefing pada Kamis (20/7).
Ferry melihat bahwa pasar apartemen saat ini sedang mengalami kelesuan. Akibatnya, para investor apartemen harus tetap membayar biaya layanan (serving charge) meskipun unit apartemen mereka kosong tanpa penyewa.
Menurut Ferry, para investor semakin mengalami kerugian karena harga apartemen tidak mengalami peningkatan. “Harga-harga apartemen jelas tidak bisa naik. Jika tidak ada permintaan untuk menyewa, tentu saja tidak ada calon pembeli yang berminat membeli dengan harga yang lebih tinggi. Inilah yang menyebabkan ketidakminatan orang untuk berinvestasi dalam apartemen,” katanya.
Minat Sewa Rendah dan Harga Stagnan, Penyebab Utama Penurunan Investor Apartemen.
Ferry menjelaskan bahwa pada tahun ini, jumlah orang yang membeli apartemen untuk investasi lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang membelinya untuk ditempati atau digunakan sebagai tempat tinggal (end user).
Ia mengungkapkan bahwa saat ini sekitar 46 persen dari pembeli apartemen adalah investor, sementara end user sekitar 54 persen. Padahal, sebelumnya, jumlah investor mencapai 60 persen, sedangkan end user hanya 40 persen.
Ferry menjabarkan bahwa penyebab dari perubahan ini adalah karena pengembang lebih memilih untuk menghabiskan stok apartemen yang sudah siap huni, karena jenis apartemen yang siap huni ini lebih diminati oleh end user.
Sementara itu, investor lebih cenderung menyukai apartemen yang masih dalam proses pembangunan (under construction).
“Para investor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan nilai properti yang lebih baik, namun saat ini persediaan apartemen yang sedang dalam proses pembangunan tidak terlalu banyak,” tambahnya.
Tren Investasi Apartemen di Jakarta: Mengapa Jumlah Investor Menurun?
Pasar apartemen di Jakarta menghadapi tantangan signifikan yang mempengaruhi tren investasi. Dengan minat sewa yang rendah dan harga properti yang stagnan, jumlah investor dalam apartemen mengalami penurunan. Menurut data dari Colliers International Indonesia, end user atau pembeli yang akan menggunakan apartemen untuk ditempati mendominasi pasar, sementara investor semakin menyusut jumlahnya.
Para investor merasa rugi karena sulitnya mencari penyewa dan tidak ada peningkatan harga yang memadai. Pengembang pun turut berkontribusi dengan memprioritaskan penjualan unit apartemen siap huni untuk memenuhi kebutuhan end user.
Oleh karena itu, tantangan dan perubahan ini mendorong investor untuk lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan investasi apartemen di Jakarta. Dalam jangka panjang, stabilitas pasar dan keuntungan yang lebih baik mungkin dapat ditemukan dengan strategi investasi yang tepat.