Puluhan Jamaah Warga Tamanan, awalnya ingin mendatangi Kantor Kelurahan Tamanan, akhirnya diundang pertemuan di Mapolsekta Mojoroto pada , Jumat (10/2) pukul 10.00wib. Dijelaskan Kyai Basuni, bahwa sebenarnya pihaknya ingin meredam masalah ini dan ingin diselesaikan secara kekeluargaan. Karena dari keterangan keluarganya, jika Rizal ini mengalami gangguan kejiwaan sejak Tahun 2000. “Pertemuan pertama di kelurahan, kami laporkan kejadian ini kemudian didapat kabar pihak keluarga menjamin agar tidak menjadikan keresahan,” jelas Basuni.
Pada pertemuan kedua karena Rizal kembali berulah, dijelaskan Basuni, pihak keluarga melalui bapaknya, Misnan (75) pensiunan Polri, malah berserah diri atas ulah anak kedua dari tiga bersaudara. “Makanya kami sepakat akan melaporkan ketigakalinya agar ada tindakan pasti, jangan sampai terjadi salah paham. Ini jelas – jelas kasus penistaan agama. Ini bagian dari kitab suci, bila kemudian dirobek, dibuang ke WC, dibakar dan dibuang seenaknya di jalan, apakah kita akan diam,” imbuh Ketua Takmir Musholla As Shomad.
Seperti kejadian tadi malam, Rizal terlihat membawa kain kafan warna putih sambil mengucap sebagai pasukan langit dan siap mendukung berdirinya negara Islam di Indonesia. “Saya siap berjuang sebagai pasukan dari langit, apapun saya pertaruhkan,” kata Rizal sambil berjalan mondar – mandir, sambil sesekali mengucapkan Kalimat Syahadat.
Sebagai upaya meredam kegelisahan warga, Kapolsekta Mojoroto kemudian mengundang perwakilan jamaah, tim medis dari Puskesmas Campurejo dan pihak Kelurahan Tamanan untuk menyelesaikan kasus ini secara damai. “Dari keterangan tim medis, bahwa yang berangkutan menderita kejiwaan, telah berobat di RS. Menur kemudian dalam pengawasan Puskesmas Campurejo dan sekarang menjadi pasien dr. Ronny Bhayangkara,” jelas Kapolsekta Mojoroto, Kompol Didit Prihantoro.
Hingga berita ini diturunkan, sejumlah warga masih merasa resah karena pengalaman sebelumnya bila kasus ini dilaporkan ke kelurahan atau melalui babinsa atau babinkamtibmas, kemudian dia makin berulah. “Biasanya setelah kita lapor, kemudian ada petugas datang ke rumah, akhirnya kita dihalangi jamaah ke musholla. Sambil ditanya, siapa yang lapor,” jelas Ahmad Zubaeri, salah satu pengurus musholla. (eko )