Dalam era globalisasi yang semakin kompetitif, Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas, mengungkapkan keprihatinannya terhadap performa perdagangan Indonesia yang tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, seperti Vietnam dan Thailand.
Meskipun memiliki populasi lebih besar, Indonesia menghadapi kendala dalam meningkatkan nilai perdagangan yang sebanding. Dalam forum Indonesia Startup Ecosystem Summit 2023, Zulhas mencermati bagaimana Vietnam, yang populasi dan ukurannya lebih kecil, mampu meraih angka perdagangan yang jauh lebih tinggi.
Namun, tantangan ini bukan sekadar masalah ukuran, melainkan juga strategi dan kerjasama yang perlu diperbarui untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam pasar perdagangan global.
Mengapa Vietnam dan Thailand Bisa Mengungguli Indonesia dalam Perdagangan?
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan yang akrab disapa Zulhas, merasa terhuyung oleh kenyataan bahwa angka perdagangan Indonesia jauh lebih rendah daripada Vietnam, meskipun populasi Vietnam yang jauh lebih kecil dari Indonesia.
“Saya merasa agak terhuyung kemarin. Fakta bahwa Vietnam, yang notabene negara lebih kecil dan penduduknya lebih sedikit daripada kita, memiliki angka perdagangan empat kali lipat lebih besar dari kita,” ujar Zulhas dalam Indonesia Startup Ecosystem Summit 2023 pada Jumat (11/8).
Zulhas mengilustrasikan perbandingan angka perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel), yang hanya mencapai US$20 miliar. Sementara itu, angka perdagangan antara Vietnam dan Korsel mampu mencapai US$80 miliar.
Tak hanya itu, dalam konteks perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa (UE), nilai perdagangan hanya sekitar US$20 miliar, sedangkan angka perdagangan antara Vietnam dan UE jauh lebih tinggi, mencapai US$90 miliar.
Tidak hanya bersaing dengan Vietnam, Indonesia juga merasa tertinggal dalam perdagangan dibandingkan dengan Thailand. Zulhas mengambil contoh dalam perdagangan antara Indonesia dan Timur Tengah, yang hanya mencapai seperenam dari nilai perdagangan antara Thailand dan Timur Tengah.
Strategi Terobosan: Kolaborasi dan Diversifikasi, Kunci Kejayaan Perdagangan Indonesia
“Dalam kenyataannya, banyak hal yang kita sediakan, seperti pangan untuk haji, bahan makanan sehari-hari, dan berbagai kebutuhan lainnya justru didatangkan dari luar negeri karena perdagangan kita yang masih minim,” ungkap Zulhas dengan nada kecewa.
“Orang mencari rendang khas Indonesia justru dari Thailand, ikan dan sayuran segar dari Vietnam, bukan dari Indonesia sendiri,” lanjutnya.