Example floating
Example floating
Life Style

Ini Ide Cemerlang Mahasiswa Indonesia Atasi Problem Besar Sampah Basah dari Makanan

×

Ini Ide Cemerlang Mahasiswa Indonesia Atasi Problem Besar Sampah Basah dari Makanan

Sebarkan artikel ini
program Bazar Hortikultura untuk jual sayur-mayur atau buah-buahan
Ide Cemerlang Mahasiswa Indonesia Atasi Problem Besar Sampah Basah dari Makanan
Example 468x60

Jakarta, Memo

Dibalik kekhawatiran masalah pelik yang terjadi akibat sampah basah , khususnya sampah makanan, muncul ide cemerlang dari kelompokmahasiswi di Indonesia untuk menanggulangi krisis , khususnya krisis iklim, akibat 10 prosen emisi gas rumah kaca yang berdampak ke bumi.

Sampah makanan sekarang jadi permasalahan dunia karena memacu masalah besar yang mencemaskan. Karena bertanggung-jawab atas 10% emisi gas rumah kaca yang mencelakakan bumi, sampah tipe ini sebagai penyumbang berarti pada kritis cuaca.

“Sampah makanan yang membusuk pada tempat pembuangan akhir sebagai sumber pencemaran dan penghancuran lingkungan. Karena sampah itu hasilkan berbau dan gas metana yang bisa menghancurkan susunan ozon,” tutur Direktur Penelitian dan Pengembangan, Kampus Prasetiya Mulya, Dr. Stevanus Wisnu Wijaya di Jakarta. Bappenas memprediksi, emisi dari sampah tipe ini capai 1.702,9 metrik ton ekuivalen karbon dioksida. Jumlah ini sama dengan 7,29 % emisi gas rumah kaca Indonesia.

Bahaya Sampah Makanan Lahirkan Konsorsium Project Insfood

Beragam bukti mengenai bahaya sampah makanan, menurut Wisnu, menggerakkan Kampus Prasetiya Mulya (Prasmul) bersama beberapa universitas di luar dan dalam negeri bekerjasama membuat sebuah konsorsium project namanya In2Food.

“Konsorsium ini jadi tempat untuk meningkatkan kerjasama, ide, dan gagasan dari beragam disiplin pengetahuan untuk membuat bermacam jalan keluar untuk permasalahan sampah makanan,” kata pria yang pendidik di jalur Digital Business Technology (Software Engineering) Prasmul .

Di tahun ini, konsorsium In2Food yang terbagi dalam Kampus Prasetiya Mulya, Kampus Katolik Parahyangan, Binus University, Kampus Pembangunan Jaya, Kampus Ma Chung, Ghent University, Tampere University, dan Hotelschool The Hague melangsungkan serangkaian acara untuk menjala beragam gagasan dan ide management sampah makanan. Acara yang diadakan di Bali pada Agustus lalu itu dituruti oleh beberapa puluh peserta dari kampus anggota konsorsium.

Baca Juga  IPB dan Djarum Foundation Ajak Anak Muda Jadi Agen Perubahan Lingkungan Melalui Literasi Digital

“Konsorsium In2Food sebagai project kerjasama antardisiplin pengetahuan dari beberapa universitas yang didanai oleh Erasmus+ CBHE Program Uni Eropa semenjak 2021. Semenjak tahun kemarin kami sudah melangsungkan beragam seminar dan riset berkaitan permasalahan sampah makanan,” kata Wisnu.

In2Food Banyak Ikutsertakan Mahasiswa Mahasiswi

Di tahun ini, aktivitas yang diselenggarakan In2Food banyak mengikutsertakan mahasiswa, sepeti International Student Konferensi, International Summer School di mana mahasiswa memperoleh beasiswa penuh dari Erasmus+ CBHE Program Uni Eropa.

Dalam konsorsium itu tiap universitas tiba dengan keunggulan masing-masing. Kampus Prasetiya Mulya, misalkan, mengunggulkan sektor tehnologi digital. Secara intern, Wisnu menambah, Prasetiya Mulya sendiri semenjak 2019 sudah mengupdate beberapa mata kuliah di universitas dengan masukkan pemikiran food waste manajemen. “Hingga kurikulum kami align dengan program bersama konsorsium.”

Dalam acara Food Waste to Finis (FWTF) Summer School Program ini Universitas Prasetiya Mulya mengirim lima mahasiswa perwakilan untuk beradu ide dan membuat kerjasama dengan peserta dari universitas lain.

5 Mahawiswa Terpilih Melalui Seleksi diInternal Universitas

Ke-5 mahasiswa dipilih itu, menurut Wisnu, awalnya sudah ikuti penyeleksian di intern universitas. “Tiap peserta diputuskan dari background keilmuan berlainan, ada yang dari jalur tehnologi usaha, software engineering, ekonomi usaha, matematika aplikasi, usaha tehnologi pangan, dan jalur usaha.”

Acara FWTF sendiri diadakan di Bali pada 14-27 Agustus. Sepanjang itu, beberapa peserta ikuti beragam serangkaian acara seperti dialog, seminar, sampai presentasi ide.

Pada acara ini, salah satunya ide saran yang digotong mahasiswa Prasmul bersama peserta dari universitas lain dipilih sebagai saran jalan keluar terbaik. Ide ini namanya “Ibu Foodies” yang digotong Ni Putu Mas Swandewi dari Program Study Software Engineering.

Baca Juga  IPB dan Djarum Foundation Ajak Anak Muda Jadi Agen Perubahan Lingkungan Melalui Literasi Digital

Ide ini, menurut Swan -panggilan Swandewi-, sebagai alat tolong penangkalan timbulnya sampah makanan pada tingkat rumah tangga. “Program ini dapat menolong beberapa ibu untuk menulis dan berencana berbelanja mereka.

Manfaatkan Tehnologi Artificial Intelligence Untuk Scan Bermacam Tipe Sayur

Didalamnya ada tehnologi artificial intelligence yang bermanfaat untuk scan bermacam tipe sayur yang dibeli pemakai. Nanti program mobile ini bisa tentukan umur sayur itu, hingga pemakai tidak biarkan bahan makanannya membusuk dan jadi sampah.”

Dalam acara FWTF, ide Swandewi itu selanjutnya berkembang jadi lebih luas. Di situ, bersama anggota team dari kampus lain, Ibu Foodies berkembang jadi sebuah basis pembelajaran sosial.

“Semangatnya tetap sama, yaitu menahan munculnya sampah makanan. Tetapi melalui basis ini kami membuat program pembelajaran untuk beberapa ibu-ibu untuk mengenali lebih jauh bahan makanan yang umum mereka membeli.”

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.