Dia menambah, waktu harga telur ayam turun itu banyak peternak ayam petelur dihadapkan dalam situasi yang paling sulit. Karenanya tingginya biaya produksi gak sebanding dengan harga telur di pasar.
Sebab alasan itu dia, Hardi menilainya, peternak ayam petelur terpaksa sekali kurangi populasi ayamnya, yang setelah itu berakibat di menurunnya pasokan telur ayam di sejumlah pasar. Diluar itu, dia pun mengira permintaan telur di pasar menguat waktu wabah ini.
“Peningkatan harga telur ini barangkali karena permintaan telur kuat di pasar. Mungkin saja waktu wabah penduduk lebih membatasi pengeluaran serta condong memutuskan telur yang kala itu harga murah akan tetapi banyak protein hewani,” ungkapnya.
Secara spesifik tentang harga telur yang saat ini menembus Rp28 ribu per kilo-gram di pasar, Hardi menunjuk ada permainan tengkulak yang berniat mendongkel harga itu, hal semacam itu karena harga telur dari kandang banyak peternak cuman berkisar Rp25 ribu.
“Bila harga di pasar hingga Rp28 ribu itu barangkali ada permainan tengkulak, sebab harga di kandang rata-rata Rp 25 ribu,” jelasnya.