
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyoroti esensi debat capres-cawapres Pemilu 2024, mempertanyakan pemahaman calon dan KPU terhadap tema yang diperdebatkan. Haedar menegaskan perlunya transformasi pemimpin dari politikus menjadi negarawan, menggarisbawahi urgensi visi jangka panjang bagi Indonesia.
Haedar Nashir Soroti Rahasia Debat Capres-Cawapres 2024!
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyoroti perhelatan debat antara calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan berlangsung pada Pemilihan Presiden 2024.
Haedar mempertanyakan pemahaman para calon dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terhadap tema dan topik yang akan diperdebatkan.
Dia berharap agar para peserta dan penyelenggara pemilu tidak menjadikan debat itu sekadar ajang untuk menunjukkan kecerdasan semata. Haedar menyebutkan agar perdebatan capres-cawapres tidak berlangsung seperti perdebatan masa lalu yang hanya menekankan pada kecerdasan semata.
Haedar menekankan bahwa salah satu dari para kandidat yang tengah bertarung nantinya akan menjadi pemimpin negara. Jika pemikiran mereka hanya tertuju pada bagaimana cara memenangkan debat dengan kecerdasan semata, itu merupakan pemahaman yang sangat dangkal.
Menurutnya, hal tersebut jauh dari sejarah, karakter, nilai-nilai dasar, serta prinsip-prinsip konstitusi Indonesia.
Haedar juga mengingatkan bahwa pemenang dalam Pemilu 2024 harus berubah dari politikus biasa menjadi pemimpin negarawan setelah dilantik. Transformasi tersebut diharapkan dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dan sukses.
Dia menegaskan bahwa setelah dilantik, mereka harus beralih dari politikus biasa menjadi negarawan yang bertanggung jawab membawa Indonesia ke arah yang benar dan baik, bukan sekadar sukses secara pribadi, tetapi juga memberikan kebaikan bagi negara. Menurut Haedar, kesuksesan tergantung pada pilihan yang diambil.
Transformasi Pemimpin: Dari Politikus ke Negarawan Menurut Haedar Nashir
Selain itu, Haedar juga menyinggung mengenai pragmatisme dan oportunisme dalam proses pemilu. Dia berharap agar para pemilih tidak hanya memilih berdasarkan kepentingan pragmatis dan oportunis semata.
Menurutnya, jika pemilih hanya memilih tanpa pertimbangan yang mendalam, hal itu sama saja dengan menyerahkan kendali kepada pilihan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Haedar menjelaskan bahwa dalam setiap kontestasi politik, ada pihak yang akan menjadi pemenang. Tetapi, menurutnya, yang lebih penting bukan hanya soal siapa yang menang, tetapi apa yang akan dilakukan setelah menang.
Dia mendorong agar pemilih memastikan bahwa pemimpin yang terpilih memiliki gagasan dan rencana nyata setelah terpilih, karena hal tersebut berkaitan dengan masa depan seluruh rakyat Indonesia.
Haedar menekankan pentingnya pemimpin yang memiliki visi jelas setelah memenangkan kontestasi, bukan sekadar memiliki janji-janji kosong atau harapan palsu yang tak berujung pada tindakan konkret.
Haedar Nashir: Transformasi Capres-Cawapres Menuju Negarawan dan Tuntutan Visi Nyata bagi Pemimpin Terpilih
Haedar Nashir, melalui refleksi akhir tahun, menggugah kesadaran akan substansi debat capres-cawapres. Poin utamanya adalah pemahaman mendalam terhadap tema dan peran pemenang sebagai pemimpin negarawan.
Haedar menekankan bahwa keberhasilan bukan semata pada kemenangan debat, tetapi pada transformasi pemimpin yang membawa visi nyata bagi negara. Dia mengecam pendekatan pragmatis dan oportunis dalam pemilihan, meminta pemilih untuk memastikan pemimpin terpilih memiliki gagasan konkret pasca-kemenangan.
Haedar menyoroti risiko janji kosong dan harapan palsu, mendorong masyarakat untuk menuntut pemimpin dengan visi yang nyata dan tanggung jawab terhadap masa depan bangsa.