Dalam proses transisi energi menuju Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia, pemanfaatan gas bumi memegang peranan penting. Dewan Energi Nasional (DEN) menekankan bahwa gas menjadi jembatan yang efektif untuk mengurangi emisi karbon dalam perjalanan menuju keberlanjutan energi.
Sekretaris Jenderal DEN, Djoko Siswanto, menyoroti potensi gas bumi sebagai sumber energi yang cocok untuk tahap transisi ini, didukung oleh komitmen pemerintah dalam mencapai target net zero emissions pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Menyingkap Peran Kunci Gas Bumi dalam Transisi Energi Indonesia
Dewan Energi Nasional (DEN) menegaskan bahwa gas memiliki peran penting sebagai penghubung menuju peralihan ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Hal ini dikarenakan emisi yang dihasilkan dari pembakaran gas cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan emisi dari sumber energi fosil lainnya seperti batu bara.
Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, sebelum Indonesia sepenuhnya beralih ke EBT, gas bumi merupakan pilihan energi yang sangat tepat untuk tahap transisi tersebut. Terlebih lagi, Indonesia memiliki pasokan gas yang cukup melimpah saat ini.
“Dalam proses transisi menuju penggunaan EBT secara penuh, gas merupakan opsi terbaik yang dapat kita manfaatkan. Kita masih memiliki cadangan gas yang cukup untuk dieksploitasi, baik dalam bentuk gas pipa maupun LNG. Meskipun kita masih mengimpor gas dalam bentuk LPG, karena kebutuhan akan propana dan butana, namun untuk keperluan transportasi kita menggunakan gas metana dan etana, serta ekspor yang dilakukan adalah LNG,” ungkap Djoko dalam acara Energy Corner pada Rabu (21/2/2024).
Djoko juga mengungkapkan bahwa sekitar 30 tahun yang lalu, Indonesia pernah menggunakan gas sebagai sumber energi untuk sektor transportasi. Saat itu, telah terdapat 28 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang tersebar di berbagai lokasi.
Namun, permintaan untuk kendaraan berbahan bakar gas pada waktu itu menurun, karena kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah. “Contohnya, saat itu diatur bahwa kendaraan harus menggunakan gas, namun karena berbagai faktor akhirnya kembali menggunakan bahan bakar konvensional, terutama untuk kendaraan umum,” tambahnya.
Jembatan Penting Menuju Energi Baru dan Terbarukan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya juga telah menyoroti peningkatan pemanfaatan gas bumi secara menyeluruh. Pasalnya, gas bumi memiliki potensi untuk mengisi kesenjangan antara target dan realisasi penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT).
Noor Arifin Muhammad, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mencapai nol emisi bersih pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.
Untuk mencapai kesenjangan antara target penggunaan EBT dengan realisasi saat ini, pemerintah akan mengandalkan gas bumi.
“Pada tahun 2025, kami menargetkan bahwa 23% energi berasal dari EBT. Namun, kemungkinan ada pergeseran sedikit akibat dampak pandemi yang menghentikan beberapa proyek. Untuk mengisi kesenjangan sebelum seluruh energi berasal dari sumber baru, gas menjadi opsi terbaik karena ketersediaannya yang melimpah dan lebih bersih dibandingkan dengan energi fosil lainnya,” ujar dia dalam acara Energy Corner pada Senin (29/1/2024).
Meskipun demikian, kunci utama untuk meningkatkan pemanfaatan gas di dalam negeri adalah dengan membangun infrastruktur yang lebih masif. Dengan demikian, wilayah-wilayah yang memiliki cadangan gas yang besar dapat menyuplai pasokan gas ke daerah-daerah yang membutuhkan.
Pemanfaatan Gas Bumi sebagai Kunci Transisi Menuju Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia
Dalam konteks upaya menuju Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia, gas bumi memiliki peranan krusial sebagai jembatan menuju masa depan berkelanjutan. Hal ini didukung oleh pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, yang menegaskan bahwa gas bumi menjadi opsi terbaik untuk tahap transisi sebelum EBT sepenuhnya diadopsi.
Komitmen pemerintah untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060 atau lebih cepat juga menggarisbawahi pentingnya gas bumi dalam mengisi kesenjangan antara target dan realisasi penggunaan EBT.
Meskipun tantangan infrastruktur masih ada, langkah-langkah untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri perlu diperkuat guna mendukung visi keberlanjutan energi Indonesia.