Trenggalek, Memo
Geliat Usaha Kripik Tempe di Kabupaten Trenggalek, terlihat lesu akibat terdampak Kenaikan Harga BBM. Daya Beli masyarakat di Kabupaten Trenggalek kian Lesu, paska kenaikan harga BBM. Para pelaku usaha kripik tempe, harus putar otak untuk menyesuaikan kenaikan harga BBM, agar usahanya terus berproduksi.
Keputusan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM jenis Pertamax, dampaknya sungguh memberatkan masyarakat. Imbasnya, harga-harga barang sedikit banyak mengalami penyesuaian.
Pelaku usaha kecil pun, terdampak dengan kebijakan Pemerintah tersebut. Mismiati, sebagai pembuat tempe kripik khas Trenggalek, mengeluhkan kondisi perekonomian saat ini.
Ia pun harus berputar otak dan sedikit mengurangi bahan, namun tetap menjaga mutu atau kwalitas tempe kripik yang di produksinya.
“Karena pelanggan saya, minta agar rasa serta ukurannya jangan sampai di kurangi, meskipun harga, dengan berat hati, kami naikkan,” terangnya.
Apalagi harga minyak goreng pun mengalami perubahan, lanjutnya.
Dirinya memproduksi tempe kripik khas Trenggalek ini sejak tahun 2005, di rumahnya, di RT 13 RW 07 Wadikidul (etan kali) Desa Ngadirenggo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek, jelasnya.
Saat ditemui di rumahnya, Sabtu (16/4/2022), ia pun mengatakan bahwa tempe kripik khas Trenggalek miliknya, rasanya gurih dan renyah. Harga untuk per beseknya sekitar Rp 100 ribu.
Biasanya, kalau pelanggan yang pesan untuk oleh-oleh di kemas dengan besek. Untuk jumlahnya, sesuai dengan permintaan pelanggan kami.
“Kalau mau pesan, bisa di nomor whatsapp 085210421145 atau 081802854744,” tutupnya. (Budi Gunawan)