Ekonom senior, Faisal Basri, menyoroti pemerintahan Jokowi dalam Political Economic Outlook 2024, mengajukan pertanyaan tajam terkait sikap mendukung pasangan calon nomor urut 2. Siapa sebenarnya Faisal Basri, dan apa latar belakangnya hingga berani mengusulkan mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani dan rekan-rekannya? Mari kita telaah perjalanan dan kontribusi Faisal Basri dalam dunia ekonomi dan reformasi.
Faisal Basri Goyang Pilar Kekuasaan Ekonomi
Dalam Political Economic Outlook 2024 di Tebet, Jakarta Selatan, pada Sabtu (13/1), seorang ekonom senior bernama Faisal Basri telah mengajukan suatu pendapat agar Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan beberapa menteri lainnya mengundurkan diri dari kabinet Presiden Joko Widodo.
Faisal berpendapat bahwa pemerintahan tampaknya bersikap mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Dalam usahanya membujuk para menteri untuk mundur, Faisal menegaskan bahwa hal tersebut akan memiliki dampak yang signifikan. Ia menyatakan keyakinannya bahwa Sri Mulyani, secara moral, paling siap untuk mengambil langkah tersebut.
Menurut Faisal, Pramono Anung, sekretaris kabinet, sudah terlihat bingung, mengingat PDI terus mendukung Jokowi, menyebabkan kebingungan di kalangan pemerintahan.
Siapa sebenarnya Faisal Basri dan apa yang membuatnya berani mengajukan usulan agar Sri Mulyani, Basuki, dan rekan-rekannya meninggalkan kabinet Jokowi?
Faisal Basri bukanlah sosok asing di dunia ekonomi yang kerap mengkritik pemerintahan Jokowi karena dianggap boros hingga utang melonjak. Menurut informasi dari website LPEM UI, Faisal Basri adalah keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik.
Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia pada tahun 1985 dan meraih gelar Master of Arts di bidang ekonomi di Vanderbilt University, Amerika pada tahun 1988.
Reformasi Ekonomi: Jejak Faisal Basri dalam Memerangi Mafia Migas
Faisal Basri juga terlibat dalam pendirian Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) pada tahun 1995-2000 bersama dengan beberapa ekonom senior lainnya. Di dalam pemerintahan, Faisal pernah menjadi anggota Tim ‘Perkembangan Perekonomian Dunia’ pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN (1985-1987) dan anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI (2000).
Di era pemerintahan Jokowi, Faisal pernah mengetuai Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi, yang dikenal sebagai Tim Anti Mafia Migas. Tim ini berhasil mengungkap praktik impor BBM yang mencurigakan di anak usaha Pertamina, Petral.
Hasilnya mengindikasikan keberadaan ‘mafia’ dalam proses penawaran impor minyak yang kompleks dan melibatkan pihak ketiga sebagai agen atau arranger.
Tim ini juga menemukan kebocoran informasi terkait spesifikasi produk dan estimasi pemilik sebelum tender. Dengan temuan ini, Tim merekomendasikan beberapa langkah, termasuk mengganti manajemen Petral dan ISC serta melakukan audit forensik untuk mengungkap potensi tindak pidana, terutama dalam praktek mafia migas.
Rekomendasi ini kemudian direspons oleh Menteri ESDM saat itu, Sudirman Said, dan Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Soetjipto, dengan membekukan bisnis Petral pada Mei 2015 dan menugaskan lembaga audit Kordha Mentha untuk melakukan audit forensik terhadap Petral.
Selain kegiatan di dunia ekonomi, Faisal juga mencoba peruntungannya di dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta pada tahun 2007 dan 2012, tetapi belum berhasil. Sebagai seorang yang aktif sebagai narasumber, ia sering berbicara mengenai isu-isu ekonomi, seperti APBN, utang pemerintah, dan pembangunan.
Faisal juga memiliki website pribadi yang berisi tulisan-tulisan pemikirannya mengenai isu-isu ekonomi, termasuk hilirisasi, ekonomi politik, dan dampak korupsi terhadap negara.
Faisal Basri: Membongkar Mafia Migas dan Jejak Reformasi Ekonomi
Sebagai anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi, Faisal Basri bersama tim Anti Mafia Migas berhasil mengguncang dunia bisnis minyak Indonesia dengan mengungkap praktik curang di Petral.
Rekomendasi tim, termasuk pembekuan bisnis Petral dan audit forensik, memberikan dampak besar dalam membersihkan sektor tersebut. Selain itu, upayanya dalam politik, meskipun belum membuahkan hasil, menunjukkan komitmennya terhadap perubahan.
Dengan aktivitasnya sebagai narasumber dan tulisan di situs pribadinya, Faisal terus menyuarakan isu-isu ekonomi krusial. Keseluruhannya, kontribusi dan tantangan Faisal Basri menciptakan narasi reformasi ekonomi yang patut dipahami dan diapresiasi.