Memo.co.id
Pemakaian masker dobel diharapkan dapat jadi kebiasaan anyar warga di saat lonjakan permasalahan COVID- 19 terus menjadi besar. Kementerian Kesehatan( Kemenkes) juga mengusulkan perihal itu.
Tetapi, terdapat catatan berarti dari Kemenkes kalau pemakaian masker dobel tidak boleh sembarang. mula- mula, wajib ditentukan maskernya berkualitas, serta yang kedua ialah masker dobel yang diartikan yakni lapisan awal masker medis serta lapisan luarnya masker kain.
Para dokter juga tidak mengusulkan pemakaian masker bedah 2 dobel. Bukankah ini justru lebih bagus sebab perlindungan jadi lebih kencang?
Dokter Ahli Patologi Klinik Primaya Hospital Bhakti Wara dr Nafiandi, SpPK menerangkan, pemakaian masker dobel yang direkomendasikan serupa dengan apa yang di informasikan Kemenkes.
” Jadi, maanfaatkan masker operasi di dalam serta masker kain di luar. Dengan pemakaian semacam ini akan tingkatkan daya guna pemilihan masker serta bisa memblokir 80% partikel,” jelas dokter Nafiandi dalam penjelasan tertulis, belum lama ini.
Pemakaian double mask sendiri dianjurkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat( CDC) dengan tujuan menutupi zona wajah lebih kencang sehingga kurangi transmisi sebesar 85%- 95%. Nah, masker kain selaku masker luarnya membagikan akumulasi proteksi dekat 50%- 70%.
Terkait dengan tidak dianjurkannya memakai masker kedokteran 2 lapis, ini di informasikan oleh Dokter Ahli Patologi Klinik Primaya Hospital Pasar Kemis dr Wita Prominensa, SpPK.
” Pemakaian masker bedah dobel dengan tipe yang serupa tidak dianjurkan sebab tidak akan membagikan perlindungan yang lebih bagus. Masker bedah sedang mempunyai area open face pada bagian sisi serta berpotensi terjadi kebocoran( leaking structure),” tutur dr Wita.
Maksudnya, pemakaian masker bedah dengan cara berangkap ataupun digunakan dobel tidak akan tingkatkan kemampuan pemilihan serta kesesuaian masker.
” Masyarakat pula kita imbau buat tidak memakai campuran KN95 ataupun N95 dengan masker lain. Pemakaian masker KN95 ataupun N95 lumayan satu saja,” tegas dr Wita.