Memenuhi titah paduka mertua, Hendri segera menjemput Ida ke rumah mertua di Kepahiang. Dari sana akan dibawa ke dokter penyakit dalam di kota Bengkulu. Karena jam bicara dokter di RSUD Bengkulu baru pukul 09.00 esok paginya, malam itu Hendri mengajak adik iparnya menginap dulu di hotel. Di sinilah setan mulai memasang jarring-jaring jebakan dosa.
Karena sudah direkayasa setan, meski sakit dan pucet, Ida nampak cantik saja di mata Hendri. Karena tidurnya memang seranjang, dengan mudah Hendri melancarkan rayuan maut yang intinya: mengajak hubungan intim. Awalnya Ida menolak, tapi karena diancam, akhirnya dia pasrah saja.
Selama beberapa hari di hotel itu, berulangkali Ida digauli Hendri. Akibatnya, ke Bengkulu mau berobah, sakit Ida bahkan tak kunjung membaik. Soalnya meskipun pak dokter memberikan obat-obat patent yang manjur, menjadi tak berguna ketika kena gempuran Hendri pemilik alutsista (alat utama sistem persenjaraan).
Ibu mertua Hendri tentu saja heran, sudah diobati mahal-mahal kok tak ada perubahan. Bahkan sekarang asal Hendri datang Ida malah ketakutan. Ketika didesak ibunya, mengakulah dia bla bla bla…… Tentua saja mertua jadi mencak-mencak dan Hendri pun dilaporkan ke polisi.