NGANJUK,MEMO.CO.ID –
Penutupan lokalisasi yang menghadirkan Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa didampingi kyai sepuh serta tokoh agama di Nganjuk, pada hari Jum’at (23/01/2015), di GOR Bung Karno Nganjuk dengan memulangkankan PSK ke kampung halaman masing masing, dua tahun lalu, menyisakan masalah serius.
Bahkan, moment bersejarah yang disaksikan langsung oleh Mentri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa tersebut, menjadi awal bahwa penutupan lokalisasi yang tidak disertai dengan follow up serius, berdampak serius pula pada masyarakat sekitar. Kini, 319 PSK yang sudah ke kampung halaman, menularkan bibid dan virus HIV/AIDS ke balita.
Sebagai toleransi kemanusiiaan seperti dikatakan anggota DPRD Nganjuk Radytia Harya Yuangga bahwa pemerintah daerah secara simbolis telah memberikan bantuan modal usaha kepada 319 PSK. Hal rersebut bertujuan agar para PSK bisa memiliki usaha baru dan meniggalkan profesi lama sebagai penjual kenikmatan.
” Nilai bantuannya tidak tanggung tanggung. Setiap PSK mendapatkan uang bantuan sebesar Rp 4,8 juta. Sedangkan untuk warga terdampak menerima bantuan Rp 2,8 juta. Serapan dalam satu tahun anggaran untuk pengalokasian dana bantuan PSK dan warga terdampak tersebut sangat fantastis mencapai milyaran rupiah,” tuturnya.
Namun demikian masih dikatakan politisi partai Hanura ini bahwa proyek besar tersebut dinilai gagal total. Faktanya sampai saat ini dari 7 lokalisasi yang tersebar di Kabupaten Nganjuk masih dihuni oleh ratusan PSK.
Melonjaknya jumlah PSK di Nganjuk dikatakan juga oleh dia karena dampak dari pasca penutupan sejumlah lokalisasi dikota kota besar di Jawa Timur.Sehingga tidak bisa dipungkiri para eks PSK kota besar memilih mencari tempat baru yang masih ada tempat lokalisasinya untuk dijadikan ladang basah para PSK dari luar daerah.
Dengan realita seperti itu menurut Trisna Eka Setyawati anggota Komisi Penanggulangan AIDS ( KPAD ) Kabupaten Nganjuk maka akan menambah potret buram Kabupaten Nganjuk menuju daerah endemis penyebaran virus HIV/AIDS.
Seperti diberitakan sebelumnya bahwa jumlah penderita HIV/AIDS dalam kurun waktu lima tahun terhitung sejak 2002 sampai bulan Juli 2017 tercatat ada 932 ODHA dari kelompok orang dewasa Dari jumlah itu seperti data yang dimiliki KPAD sudah ada 225 ODHA yang meninggal dunia.
Sementara dalam kurun waktu yang sama dari kelompok anak anak total jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 26 anak. Dari jumlah itu sudah ada 18 anak meninggal dunia.
Sisanya yang masih hidup seperti dikatakan Trisna dua diantaranya masih berstatus pelajar kelas dua SMP. Dan satunya lagi masih duduk dibangku PAUD. Selebihnya pelajar sekolah dasar,” pungkasnya. (adi)