Studi yang melibatkan 233 responden itu menyebutkan, orang-orang yang punya bulu hidung padat atau lebat memiliki risiko lebih kecil untuk menderita penyakit seperti asma. Ini ada hubungannya dengan fungsi penyaringan kotoran dan partikel kecil (alergen). Namun, tidak ada studi lanjutan untuk menilai apakah memotong bulu hidung dapat memengaruhi tingkat risiko terkena asma atau suatu infeksi.
Apakah mencukur bulu hidung tingkatkan risiko infeksi?
Disebutkan sebelumnya bahwa memotong bulu hidung ada korelasinya dengan penyakit asma. Namun, perlu diketahui bahwa asma bukanlah sebuah infeksi. Asma merupakan penyakit tidak menular yang dipicu oleh penyempitan saluran udara akibat peradangan.
Menurut penelitian pada 2015 yang terbit di American Journal of Rhinology and Allergy, pemangkasan bulu hidung dapat menyebabkan perbaikan aliran udara. Selain itu, memangkas bulu hidung disebut tidak akan meningkatkan risiko infeksi. Belum ada bukti yang pasti bahwa memotong atau waxing bulu hidung dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan.
Bagaimana jika bulu hidung sudah panjang?
Salah satu alasan seseorang berniat mencukur bulu hidungnya adalah karena sudah cukup panjang. Faktanya, memiliki bulu hidung yang panjang dan tebal tidak selalu menjadi hal yang buruk, lho.
Bulu hidung yang panjang dan lebat akan memengaruhi jumlah lendir di dalam hidung. Secara alami, lendir akan menempel dan melumasi bulu hidung. Ini bisa memberi tambahan perlindungan untuk menjebak patogen dan partikel kecil agar tak masuk ke organ yang lebih dalam.
Nah, itulah ulasan tentang bulu hidung bisa melindungi dari virus dan bakteri. Agar efek perlindungannya maksimal, pertimbangkan untuk tidak memangkas bulu hidungmu, ya.