Basuki Tjahaja Purnama, atau Ahok, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap potensi pengkhianatan politik pasca-Pemilihan Presiden 2024. Ia memperingatkan Presiden Joko Widodo tentang kemungkinan dibohongi oleh calon presiden Prabowo Subianto, mempertanyakan kesetiaan politik, dan menyoroti kemungkinan konflik seperti yang terjadi di Filipina.
Awas! Ahok Teror! Jokowi Diserang, Prabowo Tergelincir, Stabilitas Terancam!
Politisi dari PDIP, Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal sebagai Ahok, telah menyampaikan kekhawatirannya mengenai kemungkinan Presiden Joko Widodo akan ditipu atau dibohongi oleh calon presiden Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2024. Ahok menyatakan bahwa ia telah secara langsung menyampaikan kekhawatirannya ini kepada Jokowi.
Saat ini, keduanya disebut-sebut berada dalam satu kubu politik menyusul pencalonan Gibran Rakabuming dalam Pilpres 2024. Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Presiden, namun tanda-tanda kedekatan antara Jokowi dengan Prabowo semakin terang.
“Saya khawatir Bapak tertipu, takut saya,” ujar Ahok menirukan perkataannya kepada Jokowi pada saat itu.
Ahok khususnya khawatir bahwa Prabowo tidak akan meneruskan program-program yang telah dijalankan oleh Jokowi. Ia menyatakan bahwa Prabowo mungkin tidak akan mendengarkan Jokowi setelah terpilih menjadi presiden, bahkan jika Gibran menjadi wakil presiden.
“Apakah Pak Prabowo akan mendengarkan Pak Jokowi jika dia menjadi presiden?” ujar Ahok dalam sebuah dialog kebangsaan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada hari Rabu (7/2).
Mantan komisaris utama Pertamina itu kemudian mengambil contoh dari dinamika politik yang terjadi saat ini di Filipina, antara Presiden Ferdinand Bongbong Marcos Jr dengan dinasti Duterte.
Kritik Kedekatan Jokowi-Prabowo dan Ancaman Konflik Mirip Filipina
Rodrigo Duterte, mantan presiden Filipina, kini mengancam akan menggulingkan Marcos Jr dari jabatannya sebagai presiden.
Padahal, sebelumnya Rodrigo telah menyetujui anaknya, Sara Duterte, untuk menjadi wakil presiden di bawah pemerintahan Bongbong Marcos setelah Pemilihan Umum 2022. Konflik ini juga dipicu oleh usulan untuk mengubah konstitusi negara.
“Sekarang mereka bertengkar, Bongbong tidak peduli, Duterte bersumpah untuk menggulingkan Bongbong. Seorang presiden adalah kepala pemerintahan dan negara. Apa yang bisa terjadi jika dia menjadi presiden?” kata Ahok.
Ia menyatakan keprihatinannya bahwa hal serupa juga dapat terjadi di Indonesia. Ahok mengatakan bahwa ia telah memperingatkan Jokowi untuk mencegah pengkhianatan semacam itu terjadi di Indonesia setelah Pemilihan Umum 2024.
“Saya sebagai teman yang ingin melihat pekerjaan Pak Jokowi berlanjut selama 10 tahun lagi, dan itu hanya bisa terwujud jika dilanjutkan oleh Pak Ganjar,” ujar mantan anggota Partai Gerindra itu.
Ahok bukanlah orang pertama yang mengecam pasangan Prabowo-Gibran dengan keras. Sebelumnya, ia juga telah mempertanyakan kemampuan kerja Jokowi dan calon wakil presiden Gibran.
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Nusron Wahid, menanggapi pernyataan Ahok dengan menyatakan bahwa TKN tidak ingin ada kekacauan akibat pernyataan tersebut.
“Ahok tidak perlu ditanggapi, karena omongannya selalu menimbulkan kekacauan sejak dulu,” kata Nusron dalam pernyataan tertulis pada hari Rabu (7/2).
Polemik Ahok tentang Potensi Pengkhianatan Politik Pasca-Pilpres 2024: Kritik terhadap Kedekatan Jokowi-Prabowo dan Ancaman Serupa dengan Filipina
Dalam konteks ini, pernyataan Ahok mencerminkan kekhawatiran mendalam tentang stabilitas politik pasca-Pilpres 2024. Dia menyoroti pentingnya menjaga keberlanjutan program-program pemerintahan yang telah berjalan serta meramalkan kemungkinan konflik politik seperti yang terjadi di Filipina.
Ancaman pengkhianatan politik pasca-Pilpres 2024 menjadi sorotan yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut dari para pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan nasional.