MEMO – Jumlah korban tewas akibat Topan Chido di Mozambik terus meningkat, mencapai 120 orang. Angka ini bertambah 26 jiwa dari laporan sebelumnya, sebagaimana diinformasikan oleh badan penanggulangan bencana Mozambik pada Senin, 23 Desember 2024.
Menurut laporan dari Barron’s, badai dahsyat yang sebelumnya menghantam Mayotte, Prancis, ini telah mengakibatkan kerusakan parah pada lebih dari 110 ribu rumah di Mozambik. Topan meluluhlantakkan Provinsi Cabo Delgado dengan kecepatan angin mencapai 260 km/jam, disertai curah hujan deras hingga 250 milimeter dalam sehari.
Provinsi Cabo Delgado menjadi wilayah yang paling terkena dampak, mengingat daerah ini secara rutin berada di jalur badai tropis. Dari total 700 ribu warga yang terdampak di seluruh Mozambik, sebanyak 500 ribu di antaranya berada di provinsi tersebut.
Para pakar menegaskan bahwa perubahan iklim telah memperburuk intensitas badai seperti Topan Chido. Daniel Chapo, calon presiden dari partai Frelimo, turun langsung ke daerah terdampak pada Minggu, 22 Desember 2024, untuk melihat situasi.
Topan Chido juga menyebabkan kehancuran di wilayah lain. Di Mayotte, badai ini merenggut nyawa 35 orang dan melukai 2.500 lainnya, termasuk banyak migran tanpa dokumen yang kehilangan tempat tinggal. Sementara itu, Komoro mengumumkan hari berkabung nasional meski tidak mencatat korban jiwa.
Setelah melanda Mozambik, badai mematikan ini bergerak menuju Malawi, menewaskan 13 orang dan mencederai hampir 30 lainnya. PBB mencatat bahwa Topan Chido datang pada saat yang tidak tepat, ketika Malawi dan Mozambik sedang dilanda kekeringan terparah dalam satu abad terakhir. Situasi ini semakin menegaskan dampak buruk perubahan iklim, yang juga memperburuk krisis politik di Mozambik.