Calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud MD, menyoroti kenyataan bahwa pemerintah masih terus melakukan impor bahan pangan secara masif. Hal ini menjadi kontrast dengan komitmen yang diumumkan oleh Joko Widodo pada debat calon presiden tahun 2019, di mana ia berjanji untuk mengurangi atau bahkan menutup sepenuhnya pintu impor bahan pangan.
Dalam Debat Cawapres 2024 yang digelar di Jakarta pada 21 Januari 2024, Mahfud menunjukkan ketidaksesuaian antara janji Prabowo pada debat capres 2019 dan kenyataan yang terjadi setelahnya. Pada waktu itu, Prabowo menyatakan bahwa Jokowi tidak akan mengimpor komoditas pangan jika terpilih sebagai presiden.
Mahfud menegaskan bahwa setelah empat tahun kepemimpinan Jokowi, impor bahan pangan masih terus dilakukan, mengakibatkan kerugian bagi para petani. Ia mengungkapkan bahwa pertanyaan Prabowo pada saat itu tidak hanya berkaitan dengan impor beras, melainkan juga melibatkan komoditas lain seperti kedelai, susu, gula pasir, daging sapi, dan beras.
Pemerintah dinilai telah membuka pintu impor pangan secara besar-besaran, memberikan peluang bagi praktik mafia pangan. Mahfud menyatakan keprihatinannya terhadap kenyataan bahwa impor bahan pangan terus meningkat, sehingga mendorong pertumbuhan mafia pangan di dalam negeri.
Fakta Kelam Impor Pangan Berkepanjangan
Dengan menyampaikan fakta-fakta terkini, Mahfud menyoroti ketidaksesuaian antara janji-janji dalam debat dan realitas yang terjadi. Ia mengajukan pertanyaan kepada Cawapres Gibran Rakabuming Raka tentang solusi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor pangan dan mewujudkan kemandirian.
Gibran merespons dengan menyatakan perlunya melibatkan lebih banyak petani dalam upaya menekan impor pangan. Ia berencana menciptakan program petani milenial dan smart farming sebagai langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Selain itu, Gibran mempertahankan proyek Food Estate sebagai solusi jangka panjang untuk memastikan ketahanan pangan.
Dalam penutupnya, Gibran menekankan bahwa Food Estate merupakan program jangka panjang yang tidak dapat diukur keberhasilannya hanya dari beberapa kali panen. Ia menyoroti pentingnya memberi waktu bagi program tersebut untuk menunjukkan hasil yang optimal melalui berbagai siklus panen.
Mencari Jalan Keluar: Antara Impor Pangan, Kemandirian, dan Tantangan Masa Depan
Meskipun janji untuk menutup rapat keran impor pangan, fakta menunjukkan bahwa Indonesia masih terus mengimpor berbagai komoditas pangan. Mahfud MD secara tegas mengungkapkan ketidaksesuaian antara retorika dan kenyataan, serta menyoroti dampak negatif terhadap petani dan meningkatnya peran mafia pangan.
Gibran Rakabuming Raka, dalam merespons, mengusulkan melibatkan lebih banyak petani melalui program petani milenial dan smart farming. Selain itu, ia mempertahankan proyek Food Estate sebagai solusi jangka panjang.
Dengan demikian, tantangan nyata dalam mencapai kemandirian pangan masih memerlukan upaya konkret dan perubahan kebijakan yang lebih mendalam.