MEMO,Jakarta: Pergerakan nilai tukar rupiah hari ini menjadi sorotan utama dengan prediksi fluktuatif yang dipengaruhi oleh tingginya ketidakpastian.
Analisis pasar uang oleh Ariston Tjendra menyoroti penguatan rupiah ke posisi Rp.15.500, seiring dengan potensi pelemahan hingga Rp15.600 per dollar AS.
Sentimen pasar masih dipengaruhi oleh ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga AS, seperti yang diungkapkan dalam notulen terbaru The Fed. Bagaimana perkembangan ini memengaruhi pasar dan apa implikasinya bagi rupiah?
Dampak Libur Thanksgiving: Rupiah Menguat 22 Poin, Analisis Terkini oleh Ariston Tjendra
Hari ini, pergerakan nilai tukar rupiah diprediksi akan sangat fluktuatif, dipengaruhi oleh tingginya tingkat ketidakpastian.
Pada Kamis kemarin, rupiah mengalami penguatan sebesar 22 poin atau 0,14%, berada di posisi Rp15.553 per dollar AS.
Faktor-faktor Penggerak Rupiah: Dolar AS Kembali Menguat, Sentimen Ekspektasi Inflasi dan Keputusan BI
Ariston Tjendra, seorang analis pasar uang, memproyeksikan potensi penguatan rupiah ke kisaran Rp.15.500, sementara potensi pelemahan mungkin mencapai Rp15.600 per dollar AS.
Menurut Ariston, sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah terhadap dollar AS tampaknya belum berubah. Masih ada perhatian pasar terhadap ekspektasi kebijakan suku bunga acuan AS ke depan. The Fed, dalam notulen terbarunya, menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga, karena memerlukan data terbaru yang menunjukkan sulitnya penurunan inflasi di AS.
“Asemalam tidak ada data ekonomi penting terbaru dari AS karena libur Thanksgiving. Namun, berdasarkan perkembangan semalam, dollar AS kembali menguat terhadap mata uang utama dunia,” ujar Ariston.
Indikasi tersebut memungkinkan bahwa dollar AS akan menguat di pasar Asia dan pasar emerging. Di sisi lain, survei CME FedWatch Tool menunjukkan adanya perkembangan dalam ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS.
“Pasar melihat penurunan inflasi di AS meskipun belum mencapai target. Ini dapat mendorong pelemahan dollar AS terhadap mata uang lainnya,” kata Ariston.