Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, mengingatkan kita tentang masa Orde Baru dan perjuangan demokrasi ketika mengumumkan rencananya untuk mendampingi Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024. Di kantor DPP PDIP yang bersejarah di Menteng, Jakarta Pusat, ia merenungkan kembali peristiwa penting yang membentuk arus bawah bersatu melawan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) pada era otoriter.
Sejarah ini menjadi landasan bagi langkah politiknya yang menunjuk Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, sebagai calon wakil presiden pendamping.
Pengumuman Menyita Perhatian: Masa Lalu Orde Baru hingga Pemilihan Mahfud MD
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, telah mengingatkan akan masa Orde Baru serta praktik nepotisme saat beliau mengumumkan rencananya untuk mencalonkan wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo di kantor DPP PDIP yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat pada hari Rabu, 18 Oktober.
Megawati mengungkapkan bahwa kantor DPP PDIP di Menteng memiliki makna sejarah tersendiri. Beliau merenungkan peristiwa penting yang terjadi pada tanggal 27 Juli atau yang dikenal dengan “Kudatuli.”
“Saat tempat ini menjadi saksi dari upaya keras rezim Orde Baru yang otoriter untuk menghancurkan kantor Partai Demokrasi Indonesia, sebelum kita benar-benar memulai perjuangan, pada tanggal 27 Juli 1996,” ungkap Megawati.
Mahfud MD Terpilih: Politik Indonesia Berdasarkan Pengalaman dan Harapan
Dalam pandangan Megawati, peristiwa tersebut merupakan tonggak bersejarah dalam perkembangan demokrasi di Indonesia. Baginya, peristiwa ini menjadi momentum bagi kelompok bawah untuk bersatu dalam melawan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (dikenal dengan singkatan KKN).