Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, telah mengumumkan perubahan revolusioner dalam sistem pendidikan tinggi Indonesia. Skripsi tidak lagi menjadi syarat wajib untuk kelulusan mahasiswa, dan ini menciptakan era baru dalam penilaian akhir.
Alternatif pengganti skripsi yang inovatif telah diperkenalkan, yang akan memberikan mahasiswa berbagai peluang untuk mengejar kreativitas dan kompetensi mereka. Dalam kesimpulan artikel ini, kita akan menjelajahi lima alternatif ini yang akan membentuk masa depan pendidikan tinggi di Indonesia.
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim Mengguncang Dunia Pendidikan Tinggi
Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, baru-baru ini mengumumkan bahwa skripsi tidak lagi menjadi persyaratan wajib untuk lulus. Beliau mengungkapkan bahwa sekarang, keputusan mengenai syarat kelulusan akan diserahkan kepada kepala program pendidikan di tiap perguruan tinggi.
Menurut Nadiem, tugas akhir mahasiswa dapat berbentuk beragam, seperti prototype, proyek, atau format lainnya. Tidak hanya terbatas pada skripsi, tesis, atau disertasi, seperti yang dijelaskannya dalam MERDEKA BELAJAR episode 26: Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi di kanal YouTube Kemendikbud RI, pada tanggal 29 Agustus 2023.
Beliau menjelaskan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari program Merdeka Belajar yang telah digagasnya. Menurut Nadiem, skripsi tidak seharusnya menjadi satu-satunya penentu kelulusan mahasiswa, karena mengukur kompetensi seseorang tidak dapat hanya dilakukan melalui satu metode.
Menurutnya, kompetensi seorang mahasiswa dapat diukur dengan lebih baik melalui proyek-proyek dan implementasi yang mereka lakukan. Hal ini khususnya berlaku untuk pendidikan vokasi, di mana berbagai program studi memiliki cara berbeda dalam menunjukkan kompetensinya.