MEMO, Seoul: Korea Utara secara tegas mengutuk rencana Amerika Serikat (AS) untuk mengirim kapal selam nuklir strategis ke Korea Selatan (Korsel).
Korut memperingatkan bahwa langkah ini dapat memicu krisis konflik nuklir yang merupakan yang terburuk dalam sejarah.
Hal ini terjadi setelah AS berjanji untuk meningkatkan aset strategis mereka di Semenanjung Korea, termasuk kapal selam rudal balistik berkemampuan nuklir.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korut menyebut rencana ini sebagai “pemerasan nuklir terang-terangan” dan menegaskan bahwa mereka akan mengambil tindakan balasan yang jelas untuk mencegah aksi sembrono AS.
Ancaman Krisis Konflik Nuklir: Rencana AS Kirim Kapal Selam Nuklir ke Semenanjung Korea
Korea Utara (Korut) mengutuk rencana Amerika Serikat (AS) yang ingin mengirim kapal selam nuklir strategis ke Korea Selatan (Korsel). Korut memperingatkan bahwa langkah tersebut dapat menyebabkan krisis konflik nuklir terburuk yang pernah terjadi.
Dalam Deklarasi Washington yang dikeluarkan oleh Presiden Yoon Suk Yeol dan Presiden AS Joe Biden pada pertemuan puncak di Washington pada bulan April, AS berjanji akan mengirim kapal selam rudal balistik berkemampuan nuklir ke Korsel. Tujuannya adalah untuk meningkatkan aset strategis di Semenanjung Korea dan memperkuat “jarak pandang normal”.
Dampak Langkah AS: Kapal Selam Nuklir di Semenanjung Korea sejak 1981
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korut menyatakan, “Kehadiran kapal selam nuklir strategis AS yang membawa hulu ledak nuklir di Semenanjung Korea berarti senjata nuklir strategis AS akan muncul di semenanjung untuk pertama kalinya sejak 1981.”
Juru bicara yang tidak disebutkan namanya menggambarkan situasi ini sebagai sangat berbahaya karena dapat meningkatkan ketegangan militer regional secara signifikan dan memicu krisis konflik nuklir terburuk yang pernah terjadi.
Juru bicara tersebut juga menganggap rencana AS ini sebagai “pemerasan nuklir terang-terangan” terhadap Korut. Ia menyatakan bahwa Korut harus menunjukkan tindakan balasan yang jelas untuk mencegah AS melakukan tindakan sembrono dengan mudahnya.
Selain itu, juru bicara Korut juga menuduh bahwa pesawat mata-mata AS baru-baru ini mengganggu wilayah udaranya. Ia mengancam bahwa pesawat-pesawat tersebut tidak terjamin akan selamat dari penembakan.
Juru bicara tersebut mengutip beberapa insiden di masa lalu di mana Korut menembak jatuh pesawat AS, termasuk pesawat pengintaian EC-121 pada tahun 1969 dan helikopter militer pada tahun 1994.