Madiun, Memo
Cara Unik Warga Lereng Gunung Wilis Usir Pagebluk Covid-19 — Masyarakat di Desa Cermo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, memiliki cara unik untuk mengusir pagebluk corona, yaitu dengan menggelar tradisi dongkrek. Masyarakat di desa itu setiap malam berkeliling dengan membunyikan alat musik dan menari.
Seperti yang dilakukan pada Sabtu (24/7/2021) malam, sejumlah warga membawa berbagai alat musik dan perabotan rumah tangga kemudian memukulnya hingga mengeluarkan bunyi-bunyian. Selain itu, ada beberapa warga lainnya yang mengenakan topeng setan dan siluman sebagai simbol dari roh jahat yang membuat pagebluk.
Mereka berkeliling menyusuri jalan-jalan kampung di desa yang berada di lereng Gunung Wilis. Sambil diiringi musik seadanya itu, mereka berjoget dan berjalan.
Tokoh Masyarakat Desa Cermo, Parjan Demang, 50, mengatakan tradisi dongkrek ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengusir pagebluk corona atau Covid-19. Menurutnya, tradisi dongkrek ini menjadi salah satu warisan dari leluhur saat terjadi wabah menyerang masyarakat.
“Leluhur kami mengajarkan ini. Dahulu, saat ada pagebluk, leluhur kami mengadakan dongkrek untuk mengusirnya,” kata dia.
Parjan menuturkan dalam tradisi dongkrek ini tidak memerlukan alat musik khusus, melainkan hanya menggunakan peralatan rumah tangga yang ada di rumah. Seperti panci, galon, cangkul, besi, dan lainnya.
“Apapun yang bisa mengeluarkan bunyi-bunyian bisa digunakan. Karena ini memang dongkrek tradisi bukan untuk kesenian,” ujar dia.
Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Cermo, Arif Wahyudi, 32, mengatakan tradisi dongkrek ini menjadi salah satu cara lokal untuk mengusir pagebluk. Seperti diketahui, lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 tidak kunjung menghilang.
Dia menuturkan kegiatan ini sudah dilakukan beberapa hari terakhir. Ritual pengusir pagebluk ini mulai berlangsung dari pukul 23.00 WIB sampai pukul 02.00 WIB.
“Kami keliling kampung dengan menggunakan alat musik. Ini bentuk ritual untuk mengusir pagebluk dari sini,” ujar dia.
Dalam ritual ini, kata dia, ada beberapa warga yang memerankan sebagai sosok mistis. Sosok tersebut dianggap sebagai pagebluk kemudian nantinya diusir dari kampung.
“Di desa ini ada lima kelompok yang melakukan ritual ini setiap malam. Kami berharap pandemi Covid-19 segera berlalu dan kehidupan kembali normal,” kata Arif.