Memo.co.id – Perum Bulog siap menjadi stabilisator harga 11 komoditas pangan strategis mulai tahun depan. Tak hanya beras, perusahaan milik negara ini juga akan bertanggung jawab mengatur logistik jagung, kedelai, daging sapi, daging ayam, gula, telur, cabai, bawang, terigu dan minyak goreng.
Untuk periode Januari-Maret 2016, Bulog telah mengatongi izin impor 600 ribu ton jagung.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu di Jakarta, mengungkapkan rancangan penugasan BUMN pangan tersebut untuk menjaga 11 komoditas pangan strategis sudah dalam tahap pembahasan.
“Sudah ada rancangannya di meja Presiden, tinggal ditandatangani beliau,” kata Wahyu di Jakarta, Jumat (25/12).
Terkait dengan penugasan tersebut, Wahyu menuturkan Perum Bulog akan bekerja sama dengan mitra kerja pengadaan seperti yang sudah berjalan selama ini terhadap komoditas beras dan gabah, terutama yang memiliki infrastruktur.
“kemitraan dimulai dengan mengoptimalkan keberadaan mitra kerja Bulog yang terdiri dari petani. Para mitra biasanya tidak hanya menanam padi di lahannya,” ujarnya.
Wahyu menyatakan, mereka bisa menyesuaikan musim tanam, ada pula yang menanam jagung, kedelai dan komoditas hortikultura lainnya, termasuk dengan pengadaan daging sapi dan ayam dan telur ayam.
“Jika pengadaan tidak cukup dari dalam negeri, maka jalur impor terbuka dengan sejumlah pengendalian. Contohnya jagung, kita diberi penugasan mengimpor 600 ribu ton per Januari-Maret,” ucapnya.
Dari segi infrastruktur, menurut Wahyu, saat ini Bulog memiliki 1.500 unit gudang penyimpanan tersebar di seluruh Indonesia dan telah memenuhi standar minimal menjaga ketahanan pangan di luar beras.
Bulog telah menyiapkan proyeksi penguatan infrastruktur secara mandiri di 2016, di antaranya membangun infrastruktur pascapanen seperti pusat pengeringan (drying center), infrastruktur proses perawatan juga infrastruktur gudang termasuk infrastruktur produksi.
Menanggapi rencana Bulog bermitra dengan petani untuk mendukung penugasan menjaga 11 komoditas pangan tahun depan, Asosiasi Petani Padi Nasional (APPN) menyatakan siap menjadi mitra BUMN tersebut.
“Sepanjang saling menguntungkan kita mau. Kami memiliki produk, tapi kalau Bulog menyerap murah kita tidak mau,” ujar Ketua APPN Rali Sukari.
Rali yang juga Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat itu menyatakan, petani padi biasanya juga menanam kedelai maupun jagung, bergiliran selama satu tahun sehingga produksinya bisa diserap oleh Bulog nantinya.
Namun demikian, tambahnya, saat ini petani enggan menanam kedelai karena harganya tidak menguntungkan yakni Rp6.700 per kg, padahal seharusnya di atas Rp10 ribu per kg jika ingin petani untung.
Saat ini, menurut dia, pemerintah menetapkan harga pembelian kedelai Rp7.400 per kg, oleh karena itu pihaknya mengusulkan adanya kenaikan menjadi Rp8.000 per kg agar petani bergairah kembali menanam komoditas pangan tersebut