Bidan desa ini harus bertaruh nyawa, melintasi alam desanya yang masih berupa hutan dengan kondisi jalan sering terputus akibat banjir dan longsor. Bahkan, acap kali dia menyeberangi sungai berarus deras tanpa ada alat pengaman seperti pelampung dan tali.
“Sebagai manusia, pastinya ada perasaan takut juga saat harus menerobos banjir, apalagi di tengah malam. Tetapi, sebagai bidan tentunya saya harus berani melintasinya demi bisa melayani masyarakat yang membutuhkan,” tutur Mega Armini.