Kratom memiliki potensi ekonomi yang luar biasa bagi petani dan masyarakat di Indonesia, terutama di wilayah Kalimantan Barat. Namun, perkembangan potensi ini terhambat oleh stigma negatif yang menyatakan bahwa kratom mengandung zat adiktif.
Sementara itu, permintaan kratom dari Amerika Serikat semakin tinggi, mencapai 15 juta warga. Perbincangan terkait kebijakan komoditas kratom pun berlangsung melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan para pemangku kepentingan, termasuk perwakilan Asosiasi Kratom Amerika Serikat, Asosiasi Petani Purik Indonesia (Appuri), Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Badan Narkotika Nasional (BNN). Bagaimana hasil dari perbincangan tersebut dan bagaimana perspektif para pihak?
Dalam FGD, Moeldoko Beberkan Potensi Kratom Bagi Indonesia dan Amerika Serikat
Komoditas kratom memiliki potensi ekonomi yang sangat besar bagi petani dan masyarakat Indonesia, terutama di Kalimantan Barat. Sayangnya, potensi tersebut belum dapat dimaksimalkan sepenuhnya karena masih ada stigma negatif mengenai kandungan adiktif dalam kratom.
Di sisi lain, permintaan komoditas kratom dari Indonesia sangat tinggi, terutama dari 15 juta penduduk Amerika Serikat.
Dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) mengenai kebijakan komoditas kratom yang diadakan di gedung Bina Graha Jakarta pada tanggal 26 Juli 2023, Moeldoko menyatakan, “Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kratom, dan konsumsi publik Amerika terhadap kratom sangat tinggi. Kita ingin menjaga agar suplai dan permintaan ini tidak mengalami hambatan.”
FGD tersebut dihadiri oleh perwakilan Asosiasi Kratom Amerika Serikat, Asosiasi Petani Purik Indonesia (Appuri), Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Badan Narkotika Nasional (BNN).
Moeldoko menjelaskan bahwa pemenuhan permintaan kratom dari Amerika Serikat masih terhambat karena beberapa pihak menyatakan bahwa kratom termasuk dalam golongan psikotropika.
Oleh karena itu, saat ini Pemerintah Indonesia melalui BRIN sedang melakukan penelitian terhadap kandungan kratom untuk memastikan statusnya.
“Harapan kita adalah untuk menyelaraskan permasalahan ini. Jika kondisinya masih samar-samar, hal ini bisa merugikan masyarakat kita sendiri,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Moeldoko dengan tegas meminta semua pihak untuk tidak gegabah dalam menyikapi masalah kratom. Ia menekankan bahwa kratom adalah tanaman yang memiliki sisi positif, dan masalah ini harus diselesaikan dengan pendekatan terbaik untuk kesejahteraan masyarakat.
Ia juga menambahkan, “Janganlah kita berpikir terlalu sederhana. Kita harus mencari solusi terbaik bagi masyarakat. Jika tidak ingin menghadapi masalah, maka janganlah menjadi pejabat.”
Pemerintah dan Asosiasi Bersatu Cari Solusi untuk Maksimalkan Ekspor Kratom
Sementara itu, perwakilan Asosiasi Kratom Amerika Serikat, Charles McClain Haddow, memberikan apresiasi kepada Kantor Staf Presiden yang telah menginisiasi FGD mengenai kebijakan komoditas kratom.
Menurutnya, melalui diskusi ini akan terbuka informasi yang lebih luas mengenai manfaat kratom sehingga Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat dapat lebih memahami manfaatnya bagi kesehatan.
“Manfaat dari kratom akan menjangkau lebih banyak orang lagi. Diskusi ini juga membuka saluran komunikasi dengan dunia ilmiah, dan hal ini penting untuk perkembangan ekonomi, terutama bagi petani kratom di Indonesia,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Appuri, Ibrahim, mengungkapkan bahwa produksi kratom di Kalimantan Barat yang bisa diekspor mencapai 3.000 ton per bulan.
Jumlah ini melebihi setengah dari kebutuhan pasar dunia, yaitu sekitar 5.000 ton. “Kami berharap pemerintah dapat memberikan solusi agar petani kami dapat sejahtera,” ungkapnya.
Perlu diketahui, saat ini kratom menjadi komoditas utama di Kalimantan Barat. Bahkan, Kalimantan Barat menjadi salah satu pemasok terbesar komoditas kratom dari Indonesia ke Amerika Serikat.
Selain memiliki efek kesehatan, kratom juga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Kalimantan Barat.
Kratom, sebagai tanaman karbon, juga berperan penting sebagai paru-paru dunia. Namun, belakangan ini petani kratom menjadi khawatir setelah kratom dianggap mengandung zat adiktif dan mendapatkan tanggapan negatif dari masyarakat.
Kratom Indonesia: Potensi Ekonomi Luar Biasa dan Tantangan Stigma
Kesimpulannya, potensi ekonomi kratom bagi petani dan masyarakat Indonesia sangat besar, namun perlu diatasi dengan bijaksana melalui upaya klarifikasi kandungan dan edukasi terkait manfaat kesehatannya.
Penanganan yang tepat dapat membuka peluang ekspor yang lebih luas dan mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya di wilayah Kalimantan Barat.