Bali, Memo
Turis di Bali pamer lolos karantina dan pakai hasil test covid palsu, milik orang lain. Turis dari luar negeri itu memarkean di akun sosial media miliknya, setelah berhasil lolos dan memarkean keterangan test dari Covid milik orang lain. Tindakan turis tersebut mencela penanjganan Covid di Indonesia.
SEORANG turis di Bali berulah lagi. Kali ini seorang warga negara asing diduga asal Rusia menggemparkan jagat maya setelah memposting foto liburannya di Pulau Dewata dan mengaku dapat menghindari karantina dengan menggunakan hasil tes Covid-19 orang lain.
Masih jelas di ingatan kasus turis yang yang melanggar protokol kesehatan dan mengelabui satuan pengamanan sebuah swalayan di Bali.
Kini pelancong asing lagi-lagi membuat masyarakat Indonesia kembali naik pitam. Pasalnya, wanita itu secara terang-terangan mengunggah foto liburannya di Bali dengan keterangan atau caption menjengkelkan.
Melalui foto yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @lena_butuzov_a, ia menuliskan bahwa dirinya dan sang suami berhasil melewati lima hari masa karantina dengan hasil tes Covid-19 milik orang lain. Tak cukup sampai situ, Lena juga menyebutkan masa pandemi Covid-19 adalah waktu terbaik untuk bepergian.
“Keliling dunia saat pandemi dan tidak takut dengan apapun. Covid adalah waktu terbaik untuk bepergian. Oh, iya, saya berhasil menghindari 5 hari karantina. Suami memberikan hasil test Covid orang lain, menyatakan: Gay Richi kita tidak menunggu izin dari ‘pemerintah’ untuk meninggalkan hotel,” tulis @lena_butuzov_a.
Dalam foto yang dibagikannya, turis itu tidak mengenakan masker dengan semestinya. Bahkan pada postingan lain dengan seorang laki-laki yang diambil di salah satu restoran di Seminyak, Bali, keduanya tidak mengenakan masker.
Sampai saat ini belum ada klarifikasi berikutnya dari pemilik akun Instagram @lena_butuzov_a. Media sosialnya itupun dikunci, diduga untuk menghindari serangan netizen.
Namun, aksinya itu kadung menuat reaksi keras dari warganet asal Indonesia yang kebanyakan mereka mendesak pihak Imigrasi melacak keberadaannya untuk langsung dideportasi.