MEMO – Kabar duka menyelimuti Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bencana tanah longsor yang dahsyat telah merenggut nyawa lima warga, serta berdampak pada 18 kepala keluarga (KK) atau 59 jiwa. Informasi tragis ini disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.
“Hingga saat ini, laporan terbaru menunjukkan lima warga Sukabumi meninggal dunia akibat longsor. Selain itu, 18 KK atau 59 warga lainnya terdampak bencana ini,” ungkap Abdul dalam keterangan resminya, Minggu (9/3/2025).
Pemerintah Kabupaten Sukabumi telah mengambil langkah cepat dengan menetapkan status tanggap darurat. BNPB turut serta dalam pendampingan proses penanganan bencana ini.
Abdul, yang akrab disapa Aam, mengingatkan bahwa puncak musim hujan diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan Maret 2025. Oleh karena itu, ia mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Penguatan sistem peringatan dini bahaya hidrometeorologi menjadi sangat penting.
“Dengan memanfaatkan data dan informasi peringatan dini cuaca, warga dapat lebih siap menghadapi potensi hujan deras yang berlangsung lebih dari satu jam. Segera amankan barang-barang berharga di rumah, atau lakukan evakuasi dini ke tempat yang lebih aman,” jelasnya.
Sebelumnya, BPBD Jawa Barat masih terus melakukan pencarian terhadap warga yang hilang akibat banjir dan longsor di Sukabumi. Hingga saat ini, tercatat empat orang masih dinyatakan hilang.
“Warga yang hilang berasal dari Kecamatan Lengkong (tiga orang) dan Kecamatan Simpenan (satu orang),” kata Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat, Anne Hermadianne Adnan, dalam wawancara, Minggu (9/3/2025).
Selain korban hilang, bencana ini juga menyebabkan tiga orang meninggal dunia. BPBD Jawa Barat mencatat sekitar 188 warga terpaksa mengungsi dari tiga kecamatan.
“Data ini masih terus diperbarui,” ujar Anne.
Dampak banjir juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang signifikan, di antaranya empat jembatan rusak. Selain itu, banyak ruas jalan yang tertutup material lumpur, sehingga tidak dapat dilalui.
“Proses pembersihan masih terus berlangsung. Terdapat 16 titik akses jalan yang terganggu, dan kami sedang berupaya untuk membersihkannya,” tambahnya.