MEMO, Banyuwangi: Suku Using di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, memiliki tradisi unik yang dikenal sebagai “mepe kasur”.
Tradisi ini dilakukan menjelang perayaan Idul Adha sebagai simbol kerukunan dan semangat bagi masyarakat setempat.
Pada hari-hari menjelang perayaan, deretan kasur merah dan hitam terlihat menjulang di sepanjang jalan desa Kemiren.
Warga dengan antusias menggantung dan memukul kasur-kasur tersebut, sebagai bagian dari ritual untuk menjaga kebersihan dan mengusir bala’ dari rumah mereka.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih jauh tentang tradisi “mepe kasur” suku Using serta makna filosofis di balik warna kasur yang digunakan.
Mengungkap Filosofi Kasur Merah Hitam dalam Tradisi Adat Suku Using Kemiren
Di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Suku Using mengadakan tradisi unik yang disebut “mepe kasur” untuk mengusir bala’ (bencana) dari warga setempat. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat Kemiren menjelang perayaan Idul Adha sebagai simbol kerukunan dan semangat bagi masyarakat Suku Using.
Pada pagi hari, terlihat deretan kasur merah dan hitam sepanjang jalan desa Kemiren. Kasur-kasur tersebut dijemur dengan tujuan menghilangkan debu dan kutu yang menempel. Sesekali, warga memukul kasur tersebut dengan rotan untuk membersihkannya.
Adi Purwadi, seorang tokoh masyarakat Kemiren, menjelaskan bahwa dalam ritual bersih desa, kebersihan harus diperhatikan baik dari luar maupun dari dalam rumah.