Solstis yang menandai awal musim dingin di belahan Bumi utara akan terjadi pada Jumat, disertai dengan kilau terang Planet Jupiter berdekatan dengan Bulan hampir purnama. ORPA BRIN memberikan pandangan mendalam tentang fenomena ini, menjelaskan implikasi besar dari peristiwa langka ini pada rotasi Bumi dan suasana astrologis yang menarik.
Solstis Musim Dingin: Fenomena Langit dan Implikasinya pada Bumi
Fenomena solstis yang menandai permulaan musim dingin di belahan Bumi utara akan berlangsung pada Jumat (22/12). Sementara itu, Planet Jupiter akan bersinar terang di dekat Bulan yang hampir purnama.
Bumi berputar mengelilingi Matahari setiap 365 hari sambil juga berotasi pada sumbunya yang miring sebesar 23,44 derajat.
Menurut informasi dari Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa di Badan Riset dan Inovasi Nasional (ORPA BRIN), solstis adalah ketika Matahari melintasi Garis Balik Utara atau Selatan.
Kedua garis ini merupakan garis khayal di bola Bumi yang terletak pada lintang yang sama dengan kemiringan sumbu Bumi, yaitu 23,44 Lintang Utara dan 23,44 Lintang Selatan.
Fenomena solstis ini menandai perubahan musim bagi negara-negara subtropis dan yang berada di lintang tinggi. Solstis terjadi secara teratur dua kali dalam setahun, yaitu setiap bulan Juni dan Desember.
Apa dampaknya bagi Bumi?
Dilansir dari LiveScience, saat solstis pada titik balik Matahari di musim dingin Desember, poros utara Bumi miring menjauhi Matahari. Sehingga, siang memiliki durasi paling pendek dan malam terpanjang dalam setahun di belahan Bumi utara (seperti Kanada, AS, Eropa).
Pada saat yang sama, poros selatan Bumi (seperti Australia, bagian selatan Afrika) mengarah ke Matahari, membuat hari memiliki waktu siang yang lebih lama dan malam yang lebih pendek di belahan Bumi selatan.
Efek kemiringan Bumi terasa sangat kuat di daerah kutub. Saat solstis, Matahari tidak terbenam sepanjang hari di Kutub Selatan dan sama sekali tidak terbit di Kutub Utara.
Puncak Solstis: Pengaruhnya Terhadap Rotasi Bumi dan Langit Malam
Menurut jadwal dari ORPA BRIN, solstis akan terjadi pada Jumat (22/12) pukul 04.48 WIB atau 05.48 WITA atau 06.48 WIT.
Duo Jupiter dan Bulan Dari perspektif belahan Bumi utara, Matahari berada pada posisi terendah di langit saat solstis Desember. Hal ini membuat Bulan terlihat tinggi di langit selama musim dingin di wilayah ini, menciptakan kesempatan menarik untuk mengamati langit.
Saat titik balik Matahari, bulan akan bersinar di sebelah kanan Jupiter. Planet terbesar di Tata Surya ini akan menjadi planet yang paling terang di langit malam itu.
Untuk melihat keduanya bersinar bersama, Anda bisa menggunakan teropong atau teleskop kecil yang baik.
Jika Anda melewatinya, ada kesempatan kedua pada hari berikutnya saat Bulan berpindah ke sebelah kiri Jupiter.
Momen yang sama juga merupakan H-1 puncak hujan meteor Ursid, salah satu hujan meteor utama, pada Sabtu (23/12). BRIN menyatakan bahwa frekuensinya bisa mencapai tiga meteor per jam jika dilihat dari Sabang, Aceh.
Namun, masalahnya adalah cahaya Bulan yang terang mendekati purnama diperkirakan akan menghalangi cahaya dari hujan meteor tersebut.
Menurut jadwal BRIN, Jumat (22/12) adalah hari menjelang purnama, berada di tengah-tengah antara Perbani Awal (setengah Bulan) pada 20 Desember pukul 01.39 WIB dan Bulan Purnama pada 27 Desember pukul 07.33 WIB.
Pergantian Musim dan Keindahan Langit: Fenomena Solstis dan Kedatangan Jupiter-Bulan yang Mengagumkan
Selain itu, momen solstis ini menarik perhatian para pecinta astronomi karena memunculkan kesempatan unik untuk mengamati langit dengan lebih mendalam. ORPA BRIN memberikan informasi tentang jadwal solstis ini, memberikan wawasan bagi mereka yang ingin memperluas pengetahuan tentang fenomena alam yang menakjubkan ini.