Example floating
Example floating
Teknologi Digital

Terungkap! Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia Ternyata Gelap Gulita!

×

Terungkap! Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia Ternyata Gelap Gulita!

Sebarkan artikel ini
Terungkap! Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia Ternyata Gelap Gulita!
Terungkap! Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia Ternyata Gelap Gulita!
Example 468x60

MEMO

Laporan e-Conomy Sea 2023 yang diterbitkan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company mengungkapkan tantangan serius yang dihadapi ekonomi digital di Indonesia. Meskipun pandemi Covid-19 semakin memaksa masyarakat untuk beralih ke platform dan layanan digital, pertumbuhan ekonomi digital mengalami perlambatan yang signifikan.

Mas Dhito Lanjutkan

Selain itu, sektor transportasi online dan investasi ke startup juga mengalami perubahan drastis. Namun, laporan ini juga memberikan secercah harapan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menggerakkan ekonomi digital di masa depan.

Bagaimana pelaku industri dapat menghadapi dan memanfaatkan situasi ini akan menjadi kunci dalam menghadapi perubahan yang terus berlanjut.

Pelajaran Berharga dari Laporan e-Conomy Sea 2023 Google, Temasek, dan Bain & Company

Laporan tahunan yang diterbitkan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company menggambarkan dampak keras yang dirasakan oleh pelaku industri teknologi di Indonesia. Proyeksi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia menyusut, dan arus investasi ke startup merosot.

Setiap tahun, riset berjudul e-Conomy Sea menjadi acuan bagi investor, pengusaha, dan pemerintah untuk mengukur perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Bahkan, laporan tahunan ini menjadi faktor kunci yang mendorong investor dan perusahaan asing untuk mengalirkan miliaran dolar AS ke startup di Indonesia.

Meskipun pandemi menghantam dunia, potensi ekonomi digital di Indonesia masih terlihat cerah dalam laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company. Pembatasan aktivitas oleh pemerintah di seluruh dunia untuk mengatasi penyebaran Covid-19 justru dianggap sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi digital.

Masyarakat Indonesia yang sebelumnya enggan beralih ke layanan dan platform digital, akhirnya terpaksa mengadopsi cara baru, termasuk berbelanja online, bekerja, dan belajar secara daring.

Namun, terbukti bahwa peralihan ini tidak permanen. Setelah pembatasan dilonggarkan, banyak konsumen kembali ke kebiasaan sebelum pandemi. Pertumbuhan ekonomi digital mengalami stagnasi seiring dengan ketidakpastian di pasar keuangan global, yang membuat para investor lebih berhati-hati dalam mengalokasikan modal ke startup.

Dalam laporan e-Conomy Sea 2023, perubahan ini tercermin dalam revisi proyeksi nilai ekonomi digital di Indonesia. Pertumbuhan nilai produk kotor (GMV) yang dihasilkan melalui aktivitas ekonomi digital di Indonesia tidak setinggi sebelumnya.

Menurut laporan tahun 2023, nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2022 hanya mencapai US$ 76 miliar (Rp 1.206 triliun). Sementara pada laporan tahun 2022, GMV ekonomi digital Indonesia di tahun yang sama diperkirakan mencapai US$ 77 miliar (Rp 1.222 triliun).

Tantangan dan Peluang Ekonomi Digital di Indonesia Menurut Laporan e-Conomy Sea 2023

Dampak perlambatan ini akan terasa hingga masa depan. Jika dalam laporan tahun 2022, nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai US$ 130 miliar (Rp 2.063 triliun) pada tahun 2025, maka dalam laporan tahun 2023, proyeksinya lebih rendah, yaitu hanya mencapai US$ 109 miliar (Rp 1.730 triliun) pada tahun yang sama.

Tahun ini, ekonomi digital di Indonesia diperkirakan akan mencapai nilai lebih dari US$ 82 miliar (Rp 1.301 triliun).

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.