Puluhan ternak babi milik warga Kupang, Nusa Tenggara Timur, mati secara mendadak beberapa hari terakhir. Hasil pemeriksaan yang dilakukan dinas terkait, ternak babi warga positif terserang penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, Yosep Paulus, mengatakan pihaknya melakukan sempat melakukan uji laboratorium PCR ASF yang dilakukan di UPTD Veteriner Oesapa. Ada dua sampel yang diambil untuk dilakukan uji laboratorium, sampel dari Kelurahan Naibonat dinyatakan positif ASF, sedangkan satu sampel dari Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah hasilnya negatif.
“Hasil uji lab yang diterima sudah menerangkan sampel dari Naibonat positif, sedangkan dari Tarus masih negatif,” jelasnya, Jumat (20/1).
Setelah hasil lab keluar, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar menerapkan biosecurity secara ketat. Langkah tersebut sebagai upaya menekan penyebarluasan penyakit ASF dari hewan ternak yang sakit kepada yang sehat.
“Saya sudah imbau ke masyarakat yang beternak babi, untuk waspada dengan menerapkan biosecurity karena tanpa itu kasihan ternak babi mati sia-sia, dan bisa menyebar ke ternak lain yang masih sehat,” tutupnya.
Sebelumnya, sebanyak 48 ekor ternak babi milik masyarakat di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mati mendadak, namun belum diketahui penyebabnya.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, Yosep Paulus membenarkan hal itu.
Yosep Paulus merincikan, wilayah yang melaporkan kasus kematian babi di antaranya Kecamatan Kupang Timur sebanyak 16 ekor, Kecamatan Kupang Tengah 18 ekor, Kecamatan Nekamese 6 ekor, Kecamatan Takari 5 ekor, Kecamatan Kupang Barat 3 ekor dan Kecamatan Semau 1 ekor.
“Kita sudah ambil sampel darahnya untuk dilakukan uji laboratorium di UPTD Veteriner Oesapa. Total ternak yang mati mendadak 48 ekor,” jelasnya, Rabu (18/1)