Ronny berpendapat bahwa Prabowo-Gibran bisa saja melanjutkan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh Jokowi. Namun, Jokowi sendiri dianggap tidak terlalu berhasil secara ekonomi, karena tidak pernah mencapai pertumbuhan 7 persen yang dijanjikan.
Dari sudut pandang lain, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, berpendapat bahwa dengan strategi yang sama seperti Jokowi, seperti fokus pada infrastruktur dan pembangunan fisik secara besar-besaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan akan tetap berada di sekitar 5 persen.
Menurut Nailul, faktor investasi di bawah kepemimpinan Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga belum cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Program kampanye Prabowo juga cenderung lebih fokus pada biaya yang tidak langsung berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, setidaknya dalam jangka pendek hingga menengah.
Misalnya, pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Nailul merasa bahwa hilirisasi yang sedang dilakukan saat ini memiliki efek yang terbatas, terutama dalam meningkatkan ekspor barang setengah jadi dari nikel.
Seharusnya, menurutnya, yang harus dibangun adalah industri mobil listrik secara menyeluruh, bukan hanya menghilirisasi nikel menjadi barang setengah jadi.
Oleh karena itu, menurut Nailul, pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan tetap sekitar 5 persen selama pemerintahan Prabowo-Gibran.
Terkait proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) yang akan dilanjutkan oleh Prabowo-Gibran, Nailul mengatakan bahwa sulit untuk melihat investor global yang berminat untuk berinvestasi dalam proyek tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa APBN akan semakin tertekan jika kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi dilanjutkan, ditambah dengan program-program baru yang diusung oleh Prabowo-Gibran. Program seperti makan siang gratis dan kebijakan lainnya akan menghabiskan APBN dan mengarahkan dana ke dalam utang negara.
Menurut Nailul, efek dari program-program tersebut akan membuat celah fiskal semakin sempit.
Evaluasi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Kunci Pemerintahan Baru
Dari sudut pandang Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P Sasmita, terungkap bahwa meskipun ekonomi Indonesia cenderung tumbuh secara alami di bawah kepemimpinan siapapun presiden yang terpilih, namun Prabowo-Gibran memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan lebih lanjut.
Ronny menyoroti pentingnya kebijakan yang produktif terhadap perekonomian nasional, sambil menekankan perhatian pada risiko dan kelemahan potensial, seperti program makan siang gratis. Di sisi lain, Nailul Huda dari Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai bahwa strategi yang serupa dengan pemerintahan sebelumnya, khususnya dalam infrastruktur, mungkin tidak akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
Nailul juga mencatat bahwa implementasi program-program baru, seperti makan siang gratis, berpotensi meningkatkan tekanan pada anggaran negara tanpa kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian, sementara prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran menawarkan peluang, tantangan-tantangan yang harus diatasi juga tidak sedikit.