Kemudian Nabi SAW bersabda, “Bulan Syaban merupakan bulan di mana manusia melalaikannya (dari amal sholeh) antara bulan Rajab dan Ramadhan. Padahal Syaban adalah bulan diangkatnya amalan kebajikan kepada Rabb semesta alam. Aku cinta amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.” (HR An-Nasai dan Abu Dawud)
Mengerjakan amal sholeh di waktu-waktu yang lalai memang sulit bagi jiwa seorang Muslim. Sebab, pada masa pra-Islam saja, orang-orang jahiliyah kala itu menaruh perhatian pada bulan Rajab, bulan yang haram di mana orang-orang Arab dilarang untuk melakukan peperangan.
Akibatnya, setelah melewati bulan Rajab, mereka hanya menghabiskan sisa-sisa bulan dalam setahun. Selain itu, di kalangan umat Islam sendiri, mereka lebih menaruh perhatian pada bulan Alquran, yakni bulan Ramadhan. Dengan demikian, hadits di atas menunjukkan keutamaan bulan Syaban dan menghabiskan hari-hari di dalamnya dengan meningkatkan ibadah.
Apalagi, dengan melaksanakan puasa Syaban, maka puasa di bulan Ramadhan menjadi lebih mudah karena telah terbiasa sebelumnya. Dengan berpuasa Syaban, seorang Muslim menemukan manisnya dan nikmatnya puasa sehingga memasuki puasa Ramadhan dengan bergembira dan semangat.