MEMO, Semarang: Regilia Shinta Mayangsari menjadi lulusan terbaik dari Program Profesi Dokter Gigi FKG Unissula berkat dukungan dan kepercayaan yang diberikan oleh keluarganya.
Dalam wawancara pada Kamis (6/7/2023), ia mengungkapkan bahwa dukungan keluarganya menjadi faktor utama yang memotivasinya untuk mencapai prestasi tersebut.
Regilia awalnya mengalami kejutan dengan sistem pembelajaran di FKG Unissula yang menerapkan metode Problem Based Learning (PBL), namun ia berhasil mengatasi tantangan tersebut dan bahkan aktif terlibat dalam organisasi mahasiswa kedokteran gigi di tingkat regional.
Sistem Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di FKG Unissula: Pengalaman Regilia Shinta Mayangsari
Dukungan dan kepercayaan dari keluarga telah membawa Regilia Shinta Mayangsari meraih gelar lulusan terbaik dari Program Profesi Dokter Gigi FKG Unissula. Menurutnya, kesuksesannya ini tidak lepas dari dukungan keluarganya.
“Saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang selalu memberikan kepercayaan penuh kepada saya untuk menentukan masa depan saya sendiri. Dukungan ini telah memberi motivasi bagi saya untuk belajar dan terlibat dalam banyak kegiatan, karena saya tidak ingin mengecewakan kepercayaan mereka,” ungkapnya pada Kamis (6/7/2023).
Awalnya, Regilia mengaku terkejut dengan sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unissula. FKG Unissula menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) yang menuntut mahasiswa untuk mandiri.
PBL merupakan metode pembelajaran modern di bidang kedokteran yang memiliki banyak keunggulan. Beberapa keunggulannya adalah melatih kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah.
Menjadi Bagian dari Asia Pacific Dental Student Association (APDSA): Titik Balik Kesuksesan Regilia Shinta Mayangsari
“Perubahan signifikan dalam akademik saya dimulai ketika saya mengikuti Asia Pacific Dental Student Association (APDSA) di Thailand. Saya terpilih sebagai anggota komite eksekutif organisasi mahasiswa kedokteran gigi di wilayah Asia Pasifik,” ujarnya.
“Partisipasi ini menjadi motivasi bagi saya karena saya ingin menjaga nama baik almamater kami,” tambahnya.
Meskipun IPK-nya hanya 3,59, sebagai seorang dokter gigi baru, Regilia mengungkapkan bahwa ia mendapat dukungan luar biasa dari semua elemen di FKG. Bahkan di tengah kesibukannya, ia tetap dapat berpartisipasi dalam perlombaan di dalam maupun luar negeri.
“FKG Unissula selalu memberikan dukungan penuh, bahkan dengan memberikan mentor-mentor terbaik saat kami mempersiapkan diri untuk mengikuti kompetisi. Selain itu, fasilitas yang luar biasa dan sistem yang baik di FKG Unissula sangat mempermudah kami dalam perjalanan pendidikan kedokteran gigi,” ungkapnya.
Meskipun sibuk dengan kegiatan non-akademik, Regilia tetap menjadikan kuliah sebagai prioritas utamanya.