Tim nasional Anies-Muhaimin (Timnas AMIN) menyoroti potensi eksploitasi utang luar negeri sebagai strategi cerdas untuk mendukung proyek infrastruktur di Indonesia. Dengan rasio utang luar negeri yang masih rendah, terutama dalam bentuk valuta asing, pemerintah berencana memanfaatkannya guna menghindari stagnasi ekonomi dan merangsang pertumbuhan melalui pendanaan proyek-proyek vital.
Mengapa Pemerintah Timnas AMIN Pilih Utang Luar Negeri?
Tim nasional pemenangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) menyampaikan rencana kebijakan terkait eksploitasi utang luar negeri apabila pasangan capres dan cawapres tersebut berhasil meraih kemenangan dalam Pilpres 2024.
Menurut Wijayanto Samirin, Sekretaris Dewan Pakar Timnas AMIN, hal ini dipertimbangkan karena proporsi utang luar negeri terhadap total utang pemerintah masih relatif kecil dibandingkan dengan rasio utang domestik terhadap total utang.
Wijayanto menjelaskan, “Jika kita lihat komposisi utang luar negeri, sekitar 23% berasal dari total utang, sementara 77% merupakan utang domestik dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN). Oleh karena itu, rasio utang luar negeri kita terbilang rendah.”
Berdasarkan data Kementerian Keuangan per November 2023, dari total utang pemerintah sebesar Rp 8.041,01 triliun, utang dalam bentuk surat berharga negara domestik mencapai Rp 5.752,25 triliun, sedangkan utang valuta asing hanya sebesar Rp 1.372,73 triliun.
Sisa utang tersebut, yang sebagian besar merupakan pinjaman luar negeri sebesar Rp 886,07 triliun, dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp 29,97 triliun per akhir November 2023, memberikan peluang besar bagi pemerintah untuk memanfaatkannya guna mendukung proyek-proyek infrastruktur strategis di masa mendatang.
Wijayanto menekankan bahwa eksploitasi utang luar negeri, terutama dalam bentuk valuta asing, memberikan potensi besar untuk pembiayaan berbagai proyek infrastruktur yang penting. Hal ini dianggap sebagai alternatif cerdas untuk menghindari stagnasi ekonomi yang mungkin terjadi jika terus menggunakan utang domestik.