Tenaga Ahli Fakultas Pertanian UMY Mulyono mengatakan teknologi padi apung yang diterapkan di Kalimantan Timur telah dua kali panen dengan hasil mencapai 4 ton sampai 5 ton per hektare dengan padi varietas IR64.
Untuk mengembangkan teknologi terapung itu, kata dia, dibutuhkan bambu yang kemudian dirakit untuk meletakkan media tanam.
Media tanam yang dikembangkan di Kalimantan Timur, ujar Mulyono, berupa serbuk gergaji, kotoran walet, hingga rumput kiambang yang dikomposkan lalu diletakkan dalam pot atau gelas plastik.
Masing-masing pot kemudian diisi bibit padi yang telah berusia 10 hari.
“Biaya awalnya memang lebih tinggi tetapi untuk selanjutnya hanya modal untuk bibit,” kata dia.
Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat UMY Gatot Supangkat mengatakan sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim terutama faktor intensitas hujan yang berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil.
Sementara, intensitas hujan yang tinggi dan tidak menentu mengakibatkan kondisi lahan pertanian mengalami banjir atau tergenang air.
“Karena itu diperlukan suatu teknologi inovasi terkait sistem pertanian. Salah satu inovasi teknologi budidaya pada lahan rawan banjir dan rawa yaitu dengan menerapkan sistem pertanian terapung yang UMY kembangkan ini,” kata Gatot.