Menurut Iqbal, negara-negara di Eropa juga belum berhasil sepenuhnya meng-capture emisi melalui teknologi CCS. Hal ini tercermin dalam diskusi di COP 28 Dubai yang tidak menghasilkan kesepakatan karena dianggap tidak efektif. Sehingga, para pemimpin lebih fokus pada mitigasi emisi daripada teknologi CCS.
Percakapan seputar CCS menjadi sorotan setelah Gibran Rakabuming Raka bertanya kepada Mahfud MD dalam Debat Cawapres (22/12) tentang regulasi CCS. Respons Mahfud terbilang umum, lebih menitikberatkan pada proses penyusunan regulasi secara keseluruhan tanpa menjelaskan secara spesifik mengenai CCS.
Greenpeace Indonesia juga menyoroti CCS sebagai solusi palsu yang tidak akan menyelesaikan krisis iklim. Mereka menilai bahwa CCS hanya merupakan trik industri batu bara dan minyak bumi untuk tetap meraih keuntungan tanpa mempertimbangkan kerusakan lingkungan Bumi kita.
CCS di Indonesia: Mahal, Berisiko, dan Tidak Efektif dalam Tangani Krisis Iklim
Penerapan CCS di Indonesia menjadi sorotan karena dinilai tidak hanya mahal, tetapi juga membawa risiko tinggi dalam transportasi gas buang. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan biaya besar serta ancaman jangka panjang yang berbahaya, serupa dengan risiko dalam transportasi migas.
Greenpeace Indonesia juga menyoroti CCS sebagai solusi palsu yang tidak akan menyelesaikan krisis iklim, menyebutnya sebagai trik industri untuk tetap meraih keuntungan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan.