Sementara AI menjadi topik hangat sejak kehadiran ChatGPT, pendapat masyarakat terbagi antara yang mendukung dan tidak mendukung. Altman sendiri sudah beberapa kali menyuarakan pandangannya mengenai risiko dan manfaat yang timbul dari AI.
Altman pernah mengatakan bahwa AI adalah alat dan bukan makhluk. Namun, ia juga mengakui risiko teknologi tersebut dapat menjadi tidak terkendali.
Setelah pemecatan Altman, ada upaya untuk membawanya kembali ke OpenAI. Investor dan karyawan loyalis Altman bahkan mengancam akan mengundurkan diri secara massal jika dewan direksi tidak mengembalikan Altman ke perusahaan.
Namun, setelah Altman berdiskusi dengan dewan direksi pada Minggu lalu (19/11), keputusan tetap tidak berubah. Dewan direksi mempertahankan keputusan untuk mengeluarkan Altman.
Awalnya, posisi CEO interim diisi oleh CTO OpenAI, Mira Murati. Namun, dalam waktu satu hari, posisi tersebut dialihkan ke co-founder Twitch yang sudah tidak menjabat sebagai eksekutif sejak tahun lalu, Emmet Shear.
Microsoft, yang memiliki 49% saham di OpenAI, menyatakan dukungan terhadap keputusan dewan direksi. CEO Satya Nadella mengumumkan bahwa Altman dan Brockman akan bergabung dengan Microsoft untuk memimpin divisi yang mengembangkan teknologi AI canggih.
Kontroversi Pemecatan CEO OpenAI: Dibalik Layar Keputusan Mendadak dan Langkah Menuju Masa Depan AI
Dalam menghadapi pemecatan CEO OpenAI, Sam Altman, dan rekan pendirinya, Greg Brockman, terungkap bahwa dewan direksi kehilangan kepercayaan akibat dugaan ketidakjujuran dalam komunikasi. Meskipun belum jelas detail pernyataan yang memicu pemecatan, BBC mencatat bahwa Altman sebelumnya menghadapi kendala dalam memenuhi lonjakan permintaan untuk ChatGPT.
Upaya untuk mengembalikan Altman ke perusahaan oleh investor dan karyawan tidak membuahkan hasil, dengan dewan direksi mempertahankan keputusan pemecatan. Dukungan Microsoft sebagai pemegang saham besar mendorong Altman dan Brockman untuk bergabung dengan perusahaan tersebut, memimpin divisi pengembangan teknologi AI canggih.