Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, memberikan tanggapannya mengenai kontroversi desain jembatan lengkung bentang panjang (longspan) Light Rail Transit (LRT) Jabodebek di Gatot Subroto-Kuningan.
Menurutnya, konstruksi jembatan tersebut sudah baik, dan kecepatan LRT Jabodebek 20 km per jam di tikungan dianggap wajar. Pernyataan tersebut menanggapi Kartika Wirjoatmodjo, yang sebelumnya menyampaikan kritik terhadap desain LRT Jabodebek karena dianggap salah.
Basuki Hadimuljono Bela Desain Jembatan LRT Jabodebek dari Tudingan Salah
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono angkat bicara mengenai desain jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek di Gatot Subroto-Kuningan yang dianggap salah.
Menurut Basuki, konstruksi jembatan lengkung tersebut sebenarnya sudah baik. Dia berpendapat bahwa sangat wajar jika LRT Jabodebek melaju dengan kecepatan 20 km per jam di tikungan. Menurutnya, semua kereta pasti akan melambat saat melintas di jalur yang menikung.
“Tapi bukan karena salah desain, hati-hati itu. Karena itu memang, misalnya di kota berapa kecepatannya, 30-40 km per jam. Kalau di tikungan 20 km per jam ya wajar,” ungkapnya seperti yang dilansir dari detik.com pada Senin (7/8).
“Iya, mau kecepatan berapa lagi? Wong di jalur lurus saja 30-40 km per jam. Jadi ketika di tikungan, semua kereta api pasti melambat,” lanjutnya.
Basuki juga menyatakan bahwa Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) telah melakukan pengujian terhadap proyek ini. Menurutnya, jika longspan tidak dibangun seperti sekarang, maka bangunan gedung di sekitarnya akan terkena dampak.
“KKJTJ sudah melakukan uji waktu itu. Jadi semua oke. Karena ini bayangkan dari Warung Buncit ke Rasuna Said, itu kan 90 derajat. Kalau mau dilengkungkan panjang, hotel-hotel habis semua. Tapi kan ini masuk dalam koridor keselamatan transportasi,” jelasnya.
Pernyataan mengenai kesalahan desain LRT Jabodebek sebelumnya diungkapkan oleh Kartika Wirjoatmodjo pada Selasa (1/8) lalu.
“Itu salah desain karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, dia tidak mengetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena seharusnya lebih lebar tikungannya,” ujar Tiko seperti yang dikutip dari detik.com.
Kartika Wirjoatmodjo Soroti Kekurangan Sistem Integrator dan Spesifikasi Kereta dalam Proyek LRT Jabodebek
“Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil meningkatkan kecepatan, karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibuat sempit, jadi keretanya harus berjalan hanya 20 km per jam, sangat lambat,” tambahnya.
Dia menambahkan bahwa hal ini terjadi karena pembangunan prasarana tidak berkoordinasi dengan pihak yang membangun sarana lainnya.
Selain masalah desain, Tiko juga menyoroti dua masalah lain yang dimiliki LRT Jabodebek. Pertama adalah terkait ketersediaan sistem integrator.
Dia mengatakan bahwa ada enam komponen dalam proyek LRT Jabodebek, termasuk prasarana yang disiapkan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk, kereta yang disiapkan oleh PT INKA (Persero), pengembangan perangkat lunak yang ditangani oleh Siemens, sistem persinyalan oleh PT Len Industri (Persero), dan lain-lain.
Namun, Tiko menyatakan bahwa tidak ada sistem integrator dalam proyek ini, padahal seharusnya ada dalam proyek besar.
“Jadi semua komponen proyek ini berjalan sendiri-sendiri, tanpa adanya integrator di tengah-tengahnya,” katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, dia telah membentuk project management office (PMO). Tugas PMO adalah memastikan terciptanya integrasi antar komponen.
Masalah kedua terkait spesifikasi kereta yang digunakan dalam proyek LRT. Dia pernah menerima keluhan dari Siemens karena spesifikasi kereta antara satu dengan yang lain berbeda.
“Siemens pernah mengadakan pertemuan, mengeluhkan hal ini kepada saya. Pak, software-nya naik harganya, kenapa? Spesifikasi keretanya dari INKA ini berbeda dalam dimensi, berat, dan kecepatan serta sistem pengereman. Jadi 31 kereta memiliki spesifikasi yang berbeda-beda, sehingga software-nya harus dibuat lebih fleksibel untuk mengakomodasi berbagai macam spesifikasi tersebut,” jelasnya.
Menteri PUPR Buka Suara Soal Kontroversi Desain Jembatan LRT Jabodebek di Gatot Subroto-Kuningan
Dari perbedaan pandangan ini, terlihat bahwa proyek LRT Jabodebek masih menyisakan beberapa permasalahan yang harus ditangani dengan cermat. Sebagai proyek transportasi yang strategis, penting bagi semua pihak terkait untuk bekerja sama guna memastikan kesuksesan dan keselamatan proyek ini ke depannya.
Proses evaluasi dan penyempurnaan terus menerus perlu dilakukan agar LRT Jabodebek dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi mobilitas dan kemajuan transportasi di wilayah Jabodetabek.