Siapa sangka, makhluk kecil yang seringkali dianggap sebelah mata dan bahkan memicu rasa jijik, ternyata menyimpan segudang kejutan? Ya, cacing, hewan yang kerap diasosiasikan dengan kotoran dan penyakit, menyimpan fakta unik dan potensi ekonomi yang luar biasa dahsyat.
Mungkin selama ini kita hanya mengenal cacing tanah yang berjasa menyuburkan tanah. Namun, tahukah Anda bahwa cacing tanah dan juga cacing laut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia? Bahkan, cacing menyimpan kekayaan spesies yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan perekonomian.
Fakta menarik ini diungkap oleh Joko Pamungkas, seorang Peneliti Ahli Utama dari BRIN, dalam sebuah acara bertajuk Season of Sharing. Beliau memaparkan betapa uniknya dunia cacing serta perannya yang signifikan dalam ranah sains dan ekonomi.
“Mari kita awali petualangan kita di kingdom Animalia, atau kerajaan hewan,” buka Joko. Ia menjelaskan bahwa kerajaan hewan ini terdiri dari sekitar 30 filum, dan sebagian besar anggotanya adalah invertebrata atau hewan tanpa tulang belakang.
Sebuah fakta mencengangkan terungkap bahwa sekitar 95 persen hewan di dunia ini adalah invertebrata, sementara hanya 5 persen saja yang merupakan vertebrata. Hal ini menunjukkan betapa dominannya kelompok invertebrata, termasuk cacing, di planet kita.
Lebih lanjut, Joko mengungkapkan bahwa hampir separuh dari 30 filum hewan yang ada adalah kelompok cacing. Tiga kelompok cacing yang paling familiar di telinga kita adalah Annelida, Nematoda, dan Platyhelminthes.
Annelida, dengan contoh terkenalnya yaitu cacing tanah, memiliki sekitar 22.000 spesies. Sementara itu, Nematoda memegang rekor dengan jumlah spesies terbanyak, yaitu sekitar 28.500 spesies. Platyhelminthes memiliki sekitar 20.000 spesies. Namun, tahukah Anda bahwa masih ada 11 filum cacing lainnya yang belum banyak dieksplorasi? Joko menambahkan bahwa sebagian dari kelompok Nematoda dan Platyhelminthes bersifat parasit pada manusia.
Mungkin Anda ingat saat kecil diberi obat cacing? Obat tersebut bertujuan untuk membasmi parasit dari kelompok ini yang bisa bersarang di tubuh kita. Cacing-cacing parasit ini bisa ditemukan di berbagai tempat, mulai dari tanah, daging babi, daging sapi, hingga keong.
Joko kemudian menjelaskan ciri khas morfologi dari ketiga filum cacing tersebut. Annelida memiliki tubuh yang tersusun dari segmen-segmen, Nematoda berbentuk bulat panjang atau gilig, sedangkan Platyhelminthes memiliki tubuh yang pipih.
Filum Annelida sendiri terbagi lagi menjadi dua kelas utama, yaitu Clitellata dan Polychaeta. Clitellata mencakup subkelas Hirudinea (lintah) dan Oligochaeta (cacing tanah). Sementara itu, Polychaeta adalah kelompok cacing yang memiliki rambut-rambut halus di tubuhnya dan lebih banyak ditemukan di perairan payau dan laut. Polychaeta terbagi lagi menjadi tiga subkelas, yaitu Errantia, Sedentaria, dan Echiura.
Echiura dulunya sempat membingungkan para ilmuwan, namun kini telah diklasifikasikan sebagai bagian dari Polychaeta. “Lalu, apa yang membuat Polychaeta ini begitu unik?” tanya Joko, membangkitkan rasa ingin tahu para peserta.
Ternyata, cacing Polychaeta memiliki morfologi yang sangat cantik dan sering ditemukan di perairan yang jernih, seperti di sekitar terumbu karang. Contohnya adalah cacing pohon natal dan cacing kipas, yang menjadi penghias indah habitat terumbu karang.
“Keunikan Polychaeta juga terletak pada variasi morfologinya yang luar biasa,” lanjut Joko. Beberapa jenis cacing ini bahkan memiliki bentuk yang menyerupai ikan, naga, atau tikus laut.
Tak hanya itu, cacing Polychaeta juga bisa tumbuh hingga mencapai panjang yang mencengangkan, yaitu hingga tiga meter! Contohnya adalah cacing bobbit yang dikenal sebagai predator bagi ikan dan gurita.