Seorang peretas yang mengklaim menguasai informasi penumpang PT Kereta Api Indonesia (KAI) meminta pembayaran dalam bentuk bitcoin senilai miliaran rupiah kepada pemerintah. Pelaku ransomware mengaku memiliki data pribadi karyawan, penumpang, dan data lainnya, tanpa mengungkapkan jumlah data yang berhasil diakses.
Individu tersebut mengumumkan bahwa ia akan menunggu selama 15 hari dan 23 jam. Jika pembayaran tebusan tidak diterima selama periode tersebut, dia mengancam akan menyebarkan data yang telah diakses ke publik.
Pemerintah diminta untuk membayar tebusan sebesar 11,69 bitcoin atau lebih dari Rp 7,7 miliar.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) memberikan tanggapan terhadap isu serangan ransomware yang melibatkan KAI. Joni Martinus, VP Public Relations KAI, menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada bukti konkret mengenai kebocoran data KAI sebagaimana yang diakui oleh peretas.
“Kami akan terus melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap kebenaran di balik isu ini,” ujar Joni. “Kami juga memastikan bahwa semua data KAI tetap aman, dan seluruh sistem operasional IT, pembelian tiket online KAI, serta layanan Face Recognition Boarding Gate di semua stasiun masih berjalan dengan baik hingga saat ini.”
Tanggapan KAI terhadap Serangan Ransomware: Data Aman, Investigasi Berlanjut, dan Ancaman Tebusan Bitcoin
Meskipun ancaman serius dari peretas, PT Kereta Api Indonesia (Persero) bersikeras bahwa data mereka tetap aman dan operasional IT berjalan lancar. Joni Martinus, VP Public Relations KAI, menegaskan bahwa investigasi mendalam masih berlangsung, dan hingga saat ini, belum ada bukti konkret kebocoran data.
Masyarakat diminta untuk tetap tenang sementara pemerintah mempertimbangkan langkah-langkah yang akan diambil untuk menghadapi tuntutan tebusan. Dalam konteks ini, penting untuk terus memonitor perkembangan situasi dan tindakan pencegahan yang diambil oleh pihak berwenang.