Dia mengingatkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor kelautan. Selain sektor berbasis sumber daya alam, Teten juga mengingatkan bahwa negara ini memiliki kekayaan dan keragaman budaya yang dapat menjadi sumber produk-produk berbasis kreativitas.
Menurut Teten, perlu adanya pendekatan inkubasi dalam menyiapkan wirausaha yang tangguh. Oleh sebab itu, dia mendorong penyiapan inkubator-inkubator di kampus dan pesantren. Dia berpendapat bahwa pendekatan ini penting untuk dilakukan ketimbang melalui pendekatan seminar dan pelatihan.
“Untuk menyiapkan pengusaha yang tangguh ini memang harus pendekatannya inkubasi. Jadi (seperti) telornya dipilih dulu yang unggul dan vertilitasnya tinggi. Kemudian dierami, ditetaskan, dibesarkan,” kata Teten.
Dia mengatakan Indonesia perlu untuk terus menambah jumlah wirausaha karena rasio kewirausahaan nasional baru mencapai 3,47 persen. Dia mencontohkan, Singapura dengan jumlah penduduk kurang dari 5 juta sudah mencapai rasio kewirausahaan sebesar 8,6 persen. Rata-rata, imbuh Teten, negara maju memiliki rasio kewirausahaan sekitar 10-12 persen.
Teten mengatakan pemerintah Indonesia menargetkan kenaikan angka rasio kewirausahaan itu menjadi 3,95 persen pada 2024. Oleh sebab itu, kata Teten, pemerintah juga sedang menyiapkan program untuk menambah jumlah wirausaha.
“Target kita di 2024 itu 3,95 persen. Syukur-syukur bisa 4 persen karena syarat menjadi negara maju itu minimum 4 persen,” ujar dia.