Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti menegaskan bahwa kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pengunjung menjadi prioritas utama dalam upaya pengembangan destinasi wisata. Menurut Hevearita, itulah alasan mengapa objek wisata Jembatan Kaca Hutan Tinjomoyo di Semarang belum dibuka, meskipun bangunannya sudah selesai.
Dia menyatakan bahwa aspek K3 sangat penting untuk mencegah kecelakaan, seperti yang baru-baru ini terjadi di Banyumas.
“Saya ingin ingatkan, pertama-tama, fasilitas keamanan dan keselamatan harus ada. Karena jika hanya tentang tiket, kita tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan, tetapi jika terjadi, bagaimana dengan P3K-nya, pertolongan pertama? Apakah timnya sudah ada? Bagaimana cara penanganannya?” kata Hevearita.
Untuk itu, Hevearita telah meminta para ahli untuk melakukan survei dan penilaian terkait kelayakan dan keamanan Jembatan Kaca Tinjomoyo. Hasil survei menunjukkan bahwa Jembatan Kaca Tinjomoyo masih belum siap untuk dikunjungi oleh banyak orang.
“Dikatakan bahwa toilet akan bersama-sama dengan warga, tetapi itu harus dipastikan. Apakah di jembatan itu boleh menggunakan sepatu atau hanya kaos kaki? Tetapi di mana tempat menyimpan sepatunya? Ada banyak hal yang perlu diperbaiki,” tambah Hevearita.
Kesiapan Jembatan Kaca Tinjomoyo: Tantangan dan Evaluasi Mendalam Terungkap
Lebih lanjut, dia meminta manajemen objek wisata untuk benar-benar mempersiapkan segala aspek sebelum Jembatan Kaca itu dapat dikunjungi, mulai dari fasilitas penunjang seperti toilet, alur kunjungan, hingga peraturan teknis bagi pengunjung.
“Terlebih lagi, setelah ada kejadian (kecelakaan jembatan kaca), kita harus melakukan review lagi. Karena di sana tanahnya juga bergerak. Ini yang harus memastikan keselamatan pengunjung, pekerja, dan masyarakat,” ujar Hevearita.
Sebelumnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang sebagai sektor yang memimpin berencana untuk mengoperasikan Jembatan Kaca Tinjomoyo setelah menyelesaikan kegiatan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2023 maupun APBD 2024.
Pada kesempatan itu, Disbudpar menyatakan bahwa mereka akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang mengembangkan objek wisata jembatan kaca.
Dalam konteks ini, Hevearita menyoroti beberapa pertanyaan krusial terkait keamanan Jembatan Kaca Tinjomoyo. Dari persiapan toilet hingga aturan kunjungan, serta perluasan pemahaman terkait penggunaan sepatu di jembatan, semuanya menjadi fokus.
Menurutnya, kejadian kecelakaan pada jembatan kaca sebelumnya memerlukan evaluasi menyeluruh, terutama karena kondisi tanah yang dinamis. Hevearita menegaskan bahwa keselamatan pengunjung, pekerja, dan masyarakat harus diutamakan.