“Penambahan penjualan di platform e-commerce tidak menciptakan ekonomi baru. Hanya terjadi perpindahan pembagian, karena ukuran [ekonomi] tidak bertambah besar,” jelasnya.
Maka dari itu, Wishnutama berpandangan bahwa konsep mendorong pertumbuhan perekonomian digital bukanlah langkah yang tepat. Indonesia seharusnya memanfaatkan teknologi dan platform digital untuk menciptakan ekonomi yang benar-benar baru.
“Janganlah orang asing yang mendapat manfaat dari potensi ini, padahal peluangnya ada di tangan kita. Ke depannya, pertumbuhan ekonomi digital akan sangat pesat,” tegas Wishnutama.
Wishnutama juga menyampaikan data terkait perekonomian digital Indonesia yang menunjukkan dominasi asing. Berdasarkan data tersebut, hampir semua bagian ekonomi digital Indonesia dikuasai oleh perusahaan asing. Satu-satunya bagian dari ekonomi digital Indonesia yang masih didominasi oleh lokal adalah sektor keuangan.
Sebanyak 94 persen dari komponen ekonomi digital Indonesia pada tahun 2022 senilai Rp 352 triliun dikuasai oleh perusahaan lokal. Di sektor mobilitas, perusahaan lokal masih mampu menguasai 51 persen dari total Rp 53 triliun.
Dominasi asing paling tinggi terjadi di sektor media dan iklan, meninggalkan hanya 35 persen dari total Rp 88 triliun untuk pengusaha lokal. Sementara di sektor e-commerce, pangsa pasar lokal hanya sebesar 44 persen dari total Rp 877 triliun.
Realita Keliru Ekonomi Digital Indonesia: Terbongkar oleh Wishnutama, Terbatasnya Manfaat untuk Masyarakat dan Dominasi Asing
Dominasi asing dalam ekonomi digital Indonesia menjadi catatan terbesar. Dari data yang dihadirkan, hampir seluruh bagian ekonomi digital dikuasai oleh entitas asing, meninggalkan sedikit ruang bagi pengusaha lokal. Meskipun demikian, sektor keuangan menjadi satu-satunya area yang masih didominasi oleh pemain lokal dengan pangsa pasar yang signifikan.
