Ekonomi digital dan startup di Indonesia menghadapi perubahan signifikan, terutama dalam sektor ride-hailing dan investasi startup. Laporan terbaru dari Google, Temasek, dan Bain & Company dalam e-Conomy Sea 2023 membeberkan dampak dramatis yang telah terjadi sejak 2022.
Pertumbuhan ekonomi digital yang kurang cerah dan penurunan investasi startup menjadi sorotan utama, membawa proyeksi masa depan yang lebih pesimistis.
Dampak Perubahan Drastis di Sektor Ride-Hailing dan Investasi Startup
Potensi perekonomian digital dan startup Indonesia nampaknya sedang mengalami perubahan, terutama di sektor ride-hailing yang mencakup layanan ojek dan taksi online serta pesan antar. Laporan terbaru dari Google, Temasek, dan Bain & Company yang berjudul e-Conomy Sea 2023 mencerminkan dampak signifikan yang telah dirasakan oleh para pelaku industri teknologi di Indonesia sejak tahun 2022.
Dalam penelitian ini, pertumbuhan nilai produk kotor (GMV) yang terjadi dalam aktivitas ekonomi digital Indonesia tidak secerah yang telah digambarkan dalam laporan-laporan sebelumnya. Menurut laporan tahun 2023, nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2022 hanya mencapai US$ 76 miliar (Rp 1.206 triliun).
Padahal, laporan tahun 2022 memperkirakan bahwa GMV ekonomi digital RI pada tahun 2022 akan mencapai US$ 77 miliar (Rp 1.222 triliun).
Dampak dari perlambatan ini diprediksi akan terasa hingga masa depan. Jika pada laporan tahun 2022, nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan mencapai US$ 130 miliar (Rp 2.063 triliun) pada tahun 2025, maka pada laporan tahun 2023, perkiraan GMV yang dapat dicapai pada tahun 2025 hanya sekitar US$ 109 miliar (Rp 1.730 triliun).
Pada tahun ini, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai nilai lebih dari US$ 82 miliar (Rp 1.301 triliun).
Pertumbuhan GMV Melambat, Investasi Startup Turun Tajam: Isu Masa Depan
Masa depan yang kurang cerah juga tercermin dari jumlah investasi yang masuk ke perusahaan teknologi di Indonesia. Pada tahun 2021, investasi ke startup Indonesia mencapai puncaknya dengan nilai mencapai US$ 9,1 miliar (Rp 144 triliun) dalam 649 kesepakatan pendanaan. Namun, pada tahun 2022, nilai investasi ini tetap tinggi, yaitu sebesar US$ 5,1 miliar (Rp 80,9 triliun).
Namun, selama enam bulan pertama tahun ini, modal yang masuk ke startup Indonesia mengalami penurunan yang signifikan. Nilainya bahkan tidak mencapai miliaran dolar, hanya sekitar US$ 400 juta (Rp 6,35 triliun) dalam 100 kesepakatan pendanaan.