Presiden Jokowi ‘Raja’ Jalan Tol Indonesia: Kilometer Jalan Tol Beroperasi Capai Puncak, Investasi Infrastruktur Membuat Lonjakan Meningkat!
Lonjakan Kilometer Jalan Tol Beroperasi di Masa Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah resmi memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan jaringan jalan tol yang semakin meluas.
Pencapaian ini tercermin dari data pembangunan jalan tol di Indonesia, yang telah berlangsung sejak zaman Presiden Soekarno hingga masa kepemimpinan Jokowi.
Di era Presiden Soekarno, pembangunan infrastruktur pada awal kemerdekaan sangatlah sulit karena negara masih berada dalam situasi perang fisik. Selain itu, perkembangan infrastruktur juga terhambat ketika menghadapi gejolak politik pada awal masa reformasi.
Awal mula pembangunan jalan tol di Indonesia dimulai pada masa Presiden Soeharto, dengan dibangunnya Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi).
Proyek jalan tol ini mulai dikerjakan pada tahun 1973 dan diresmikan pada tahun 1978. Dalam pembangunannya, pemerintah membentuk PT Jasa Marga sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertanggung jawab sebagai pengelola tol.
Biaya pembangunan jalan tol Jagorawi mencapai sekitar Rp16 miliar untuk sebuah ruas dengan panjang 52 kilometer.
Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Soeharto, total panjang jalan tol yang beroperasi mencapai 564,88 kilometer (km), antara lain meliputi:
- Jalan Tol Prof. Sedyatmo di Jakarta-Tangerang
- Jalan Tol Cawang-Tomang
- Jalan Tol Semarang
- Jalan Tol Surabaya-Gempol
- Jalan Tol Jakarta-Cikampek
- Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera)
- Jalan Tol Palikanci (Palimanan-Kanci) di Cirebon
Sementara itu, di masa kepemimpinan Presiden BJ Habibie, panjang jalan tol yang beroperasi mencapai 12,79 km. Pembangunan jalan tol sempat terhambat pada awal masa reformasi karena situasi politik yang tidak stabil serta kendala dalam sumber pendanaan.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, tidak ada tambahan jalan tol baru yang beroperasi. Namun, stabilitas politik dan kemajuan di sektor komoditas, seperti batu bara dan kelapa sawit, membantu pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam mengembangkan infrastruktur.
Pemerintahan SBY menetapkan Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yang menjadi landasan penting dalam proses pembangunan jalan, mengingat pembebasan lahan sebelumnya merupakan salah satu hambatan utama dalam pembangunan jalan.
Selama dua periode pemerintahan SBY, tercatat terbangun jalan tol sepanjang 355,72 km. Diantaranya adalah jalan tol Sadang-Cikamuning dan jalan tol Benoa di Bali. Tol Benoa menjadi jalan tol di atas air kedua yang dibangun oleh pemerintah Indonesia setelah Suramadu.
Presiden Jokowi dikenal sebagai Presiden yang memiliki komitmen tinggi dalam memajukan pembangunan infrastruktur.
Anggaran untuk sektor infrastruktur juga dialokasikan secara besar-besaran, meningkat dari sekitar Rp177,9 triliun pada masa akhir pemerintahan SBY menjadi Rp391,7 triliun pada masa pemerintahan Jokowi (2023).
Perjuangan Membangun Jalan Tol di Masa Soekarno dan Soeharto
Di bawah kepemimpinan Jokowi, pemerintah merumuskan Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagai pedoman penting dalam pembangunan proyek infrastruktur yang dianggap krusial, mulai dari pembangunan jalan tol hingga proyek infrastruktur di luar Pulau Jawa, termasuk Trans Papua.
Pada masa pemerintahan Jokowi, pembangunan jalan tol di luar Pulau Jawa semakin diperkuat, termasuk dengan dibangunnya jalan tol pertama di Kalimantan, yaitu Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam).
Sejak memulai masa pemerintahannya pada Oktober 2014 hingga saat ini, panjang total jalan tol yang beroperasi di era Jokowi mencapai 1.713,83 km. Jumlah ini setara dengan 64,74 persen atau hampir 70 persen dari total panjang jalan tol di seluruh Indonesia.
Capaian ini tak lepas dari besarnya anggaran yang diinvestasikan dalam pembangunan infrastruktur, termasuk jalan.
Menurut data Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), total pendanaan untuk penyelenggaraan jalan selama masa kepemimpinan Jokowi (2015-2023) mencapai Rp489,31 triliun.
Angka ini mencakup biaya untuk pemeliharaan jalan, pembangunan jembatan, peningkatan kapasitas jalan, dan pembangunan jalan tol.
Pada lima tahun pertama masa kepemimpinannya, yakni periode 2015-2019, dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan jalan telah mencapai Rp278 triliun. Jumlah ini meningkat sebesar 65,34 persen jika dibandingkan dengan lima tahun terakhir pemerintahan Presiden SBY (2010-2014), yang hanya mencapai sekitar Rp168,24 triliun.
Jejak Sukses Presiden Jokowi: Memperkuat Jalan Tol Indonesia Menuju Masa Depan Gemilang
Presiden Jokowi telah membawa Indonesia memasuki era kegemilangan jalan tol dengan berhasilnya memperluas jaringan jalan tol di seluruh negeri.
Mulai dari zaman Soekarno hingga era Jokowi, perkembangan infrastruktur jalan tol telah mengalami tantangan yang berbeda, termasuk gejolak politik, sumber pendanaan, dan pembebasan lahan.
Namun, Jokowi menunjukkan komitmennya yang tinggi dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur dengan meningkatkan alokasi anggaran yang masif dan merumuskan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pencapaian panjang jalan tol yang hampir mencapai 70 persen dari total jalan tol beroperasi di Indonesia pada masa kepemimpinannya menjadi bukti nyata keberhasilannya dalam memajukan sektor infrastruktur.
Investasi besar-besaran dalam infrastruktur menjadi pendorong utama bagi perkembangan ini, mencakup perawatan jalan, pembangunan jembatan, peningkatan kapasitas jalan, dan pembangunan jalan tol.
Capaian luar biasa ini membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah dengan konektivitas jalan tol yang semakin menyatu dan memudahkan mobilitas masyarakat serta perekonomian negara.