Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV tahun 2023 menjadi sorotan utama, dengan prediksi perlambatan yang disampaikan oleh ekonom senior, Anny Ratnawati. Namun, analisis menyeluruh mengungkapkan berbagai faktor yang memengaruhi tren ekonomi ini.
Dari penilaian Anny hingga pandangan dari Bank Maybank Indonesia, mari kita lihat kesimpulan dari ketiga alinea di artikel ini untuk memahami tantangan dan harapan ekonomi Indonesia.
Perlambatan Ekonomi Indonesia di Kuartal IV 2023: Apa yang Terjadi?
Seorang ekonom senior dan mantan Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati, mengungkapkan prediksinya terkait pertumbuhan ekonomi di kuartal IV tahun 2023 yang cenderung melemah. Ia menyatakan bahwa data pertumbuhan ekonomi dari tahun-tahun sebelumnya menunjukkan pola perlambatan ekonomi yang terjadi pada akhir tahun secara konsisten.
Anny menjelaskan bahwa jika kita membandingkan pola data pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 dan 2022, kita dapat melihat bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke-III cenderung melambat dibandingkan dengan kuartal ke-II.
Bahkan, data menunjukkan bahwa pola ini cenderung berlanjut hingga kuartal IV. Hal ini memberikan indikasi bahwa kita perlu mengantisipasi kondisi ekonomi pada kuartal IV.
Anny juga mengaitkan penilaian ini dengan data pertumbuhan ekonomi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ke-III tahun 2023. BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun ini mencapai 4,94% secara year on year.
Angka tersebut lebih rendah dari target pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang ditetapkan pemerintah, yang seharusnya melebihi 5%.
Menurut Anny, ada beberapa faktor yang berkontribusi pada perlambatan ekonomi pada akhir tahun. Pertama, pada kuartal II, ekonomi cenderung tumbuh pesat karena adanya perayaan puasa, Idul Fitri, Idul Adha, serta libur panjang. Ketiga peristiwa besar ini mendorong peningkatan konsumsi masyarakat.
Analisis Faktor-Faktor Penyebab dan Peluang di Tengah Tantangan Ekonomi
Selain itu, inflasi juga menjadi salah satu faktor yang memperlambat ekonomi. Meskipun angka inflasi masih terkendali pada tingkat 2,56% year on year, kontribusi inflasi dari sektor pangan sangat mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama mereka yang berada di kalangan bawah dan miskin.
Anny menunjukkan bahwa inflasi pangan dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas seperti beras dan cabe, yang biasanya terjadi selama musim hujan.
Anny juga mencatat bahwa inflasi di sektor transportasi juga disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan harga minyak ini menggerus daya beli masyarakat menengah ke bawah. Selain itu, Anny menyoroti penurunan konsumsi masyarakat menengah dalam berbelanja, yang dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang berdampak pada kenaikan suku bunga kredit.