Sebagai contoh, kesabaran yang diamalkan Rasulullah SAW saat menjelang Perang Badar. Waktu itu, jumlah umat Islam di Madinah lebih sedikit daripada musyrikin Makkah.
Di samping itu, persenjataan dan pengalaman militer kaum Quraisy pun terbilang unggul. Sebagai pemimpin Muslimin, Nabi SAW tetap tenang. Dengan sabar, disusunnya strategi yang dibayangkannya bisa men jadi solusi. Tentunya, beliau pun semakin khusyuk berdoa kepada Allah SWT.
Akhirnya, pasukan Muslimin yang hanya berjumlah 313 orang sukses menghalau lebih dari seribu orang prajurit kafir.
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”(QS Al Baqarah ayat 249).
Alhasil, semakin pandai bersabar, mental orang tersebut pun kian terlatih. Dengan begitu, dirinya dapat lebih mudah fokus dalam menyusun rencana-rencana dalam hidup. Ia juga tidak kagetansaat dirinya diterpa masalah.
Bagi seorang Muslim, kesabaran berarti pula hati yang selalu terkoneksi dengan Allah SWT.
Dalam arti, dirinya mudah menyadari bahwa segala hal adalah milik-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Dia tidak merasa terbebani, selama usaha dan tujuannya semata- mata untuk meraih ridha-Nya.
sumber : Harian Republika