Karenanya, Eliza berpendapat bahwa program makan siang dan susu gratis tidak akan dilakukan secara serentak di Indonesia. Dia berpendapat bahwa Prabowo-Gibran akan melakukannya secara bertahap, termasuk menetapkan beberapa daerah sebagai proyek percontohan.
“Dalam jangka pendek, impor susu diperlukan karena saat ini sudah ada impor. Namun, ini harus disertai dengan impor sapi untuk reproduksi di Indonesia,” saran Eliza.
“Muncul pertanyaan, apakah ini akan dilakukan oleh perusahaan besar, peternak susu yang bermitra dengan perusahaan, atau murni koperasi susu? Perusahaan besar memiliki modal yang cukup untuk menjadi vendor pemerintah,” tambahnya.
Eliza juga menyuarakan masalah persediaan daging ayam di Indonesia. Dia mengatakan bahwa peternak ayam juga menghadapi masalah yang rumit.
Dia menegaskan perlunya persiapan yang matang agar peternak lokal dapat menyesuaikan dengan lonjakan permintaan yang terjadi.
“Mayoritas pakan untuk peternakan ayam diimpor, sekitar 60 persen. Padahal, biaya pakan ini mencakup hampir 70 persen dari total biaya produksi. Belum lagi bibit ayamnya juga diimpor,” jelas Eliza.
Meskipun begitu, real count dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan keunggulan pasangan Prabowo-Gibran dengan persentase suara 58,77 persen dari sampling 73,37 persen, disusul oleh pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan 24,25 persen, dan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dengan 16,98 persen.
Implikasi Program Makan Siang dan Susu Gratis Prabowo-Gibran Terhadap Industri Susu dan Pertanian: Sebuah Analisis Mendalam